Pada hakikatnya anak-anak tidak ada yang bodoh atau pintar. Karena anak adalah indivdu yang unik, tidak dibolehkan bentuk intimidasi apapun untuk menekan kemampuan anak. Tugas besar bagi orang tua dan guru untuk dapat mengeksplore kemampuan yang ada dalam diri anak tanpa harus memaksa.
Jika orang tua atau guru agar keinginannya diikuti oleh anak/murid maka buatlah suasana yang menyenangkan.
Ketika kita berhadapan dengan anak, maka kita sedang menghadapi sesuatu yang amat kompleks.
Maka selayaknya orang tuaguru juga harus mempunyai metode yang kompleks pula untuk bisa menghadapinya.
Anak yang lahir di tahun 2000an adalah anak yang cepat gerak tubuhnya, sehingga terkesan sulit diatur. Hal itu dipengaruhi oleh nutrisi yang diterima.
Melihat kurikulum pendidikan sekarang, jelas sangat komplesk, padat dan tinggi. Hal ini tidak akan menjadi masalah jika seorang guru mau mengembangkan kemampuan dalam dirinya untuk menciptakan aneka ragam metode pengajaran.
Penulis melihat materi pembelajaran kelas 1 (satu ( SD sangat horror sekali. Bagaimana tidak, anak usia 6-7 tahun disuguhkan dengan materi-materi yang sagat padat. Untuk menerima dan memahami materi, anak harus mengeluarkan seluruh kekuatan nalarnya. Sementara kemampuan pada setiap anak tidaklah sama. Jika harus memilih cocok dan tidak cocoknya, maka penulis memilih tidak cocok jika materi tersebut diberikanuntuk anak kelas I SD, dimana ranah berpikirnya masih dala level mengetahui dan mengenal.
Ini merupakan PR besar sebagai pendidik khusunya guru mapel atau guru kelas satu.
Anak-anak sudah cukup stress dengan materi yang hamper 90% tidak mereka pahami, jangan tambah rasa panic anak dengan memberikan metode yang monoton dan sikap yang monoton pula guru harus mempunyai inovasi bagaimana caranya agar siswa betah dan senang belajar serta bangga pada sekolah dan gurunya.
Karena pada dasarnya usia SD adalah usia di ajar bukan belajar.
Dalam melakukan penilaian, mestinya tidak bisa menilai anak SD secara objekrif. Ketiga aspek pembelajran harus diterima mulai dari segi kognotif, psikomotoriknya. Jika penilaian dilakukan secara objektif maka penilaina itu adalah penlaian yang keliru.
Selamat berinovasi bagi seluruh pendidik Indonesia. Buatlah anak bangsa menjadi pandai dengan jujur dan lemah lembut bukan dengan intimidasi fisik dan psikis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar