Impian hari ini adalah kenyataan hari esok.
Dan, kenyataan hari ini adalah buah dari impian kita kemarin.
(Syekh Shyahid Hasan al-Bana)
Rasulullah saw. Pernah
bersabda, “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Dan hari esok harus
lebih baik dari hari ini.” Ungkapan mulia tersebut bagi seorang bijak bestari bermakna bahwa
kuta harus selalu memperbaiki kualitas kehidupan kita. Kita harus mempunyai
mimpi-mimpi untuk membuat hidup kita selalu meningkat dari hari kehari. Kita
harus mempunyai schedule perubahan dan agenda kehidupan. Kita harus memiliki
program-program kehidupan untuk segera ditindaklanjuti dan terus dievaluasi.
Kita harus benar-benar berani memimpikan hidup kita. Jangan pernah takut
bermpimpi. Orang yang takut bermimpi berarti takut menghadapi kehidupan
sendiri. Memang ia tidak akan pernah menjadi orang gagal. Akan tetapi ia juga
tidak akan menjadi orang berhasil. Sebab orang yang takut bermimpi adalah orang
yang tidak pernah beraksi. Ia berdiam diri di tempat. Tergilas oleh waktu.
Bila anda seorang pelajar
yang tidak memiliki impian atau takut bermimpi maka selam di sekolah aktivitas
Anda tidak akan berarti apa-apa. Anda akan merasa malas dan ogah-ogahan untuk
belajar. Anda tidak serius menerima pelajaran. Anda hanya asyik bermain dan
bercanda selama menghabiskan waktu belajar. Akibatnya andapun tidak akan
mendapatkan kepuasan dari usaha anda selama di sekolah. Anda tidak akan
mendapat apa-apa dari sekolah kecuali secarik kertas yang bernama ijazah. Hal
ini berawal dari diri Anda sendiri yang tidak mempunyai impian dan selalu takut
bermimpi. Anda tidak memiliki tujuan belajar yang jelas, dan selalu takut
bermimpi. Anda tidak memiliki tujuan belajar yang jelas, bahkan mungkin tidak
tahu mengapa anda harus bersekolah dan mau apa setelah lulus sekolah nanti.
Hari ini, hari-hari yang
kita lewati ini, hari-hari yang sendang kita nikmati sekarang ini, merupakan
hari-hari dari pemikiran kita pada masa lampau. Demikian pendapat Ronda Byrne
dalam karya monumental The Secret. Apabila pada masa lalu kita tidak punya
pemikiaran strategis tentang masa depan, tidak punya impian yang hendak
digapai, tidak punya cita-cita yang hendak dikejar hanya karena alasan takut
merealisasikannya, maka wajar saja jika hidup kita statis, berjalan tanpa arah,
mengalir laksana air, dan hidup kita terasa hambar, apa adanya. Kita terkadang
tidak mau mengubah keadaan dengan dalih nasib kehidupan sudah digariskan Tuhan.
Kita tidak berani mengambil risiko kehidupan. Kita hanya diam dengan alasan
takdir, menerima dengan lega hati. Dengan pola pikir seperti ini maka tidak
mustahil hidup kita tidak akan mengalami perubahan karena kita sendiri tidak
memiliki niat untuk mengubahnya. Sebab, kita tidak memiliki cita-cita dan
impian yang bisa membuat hidup semakin bergairah.
Bila saat ini anda belum
memiliki cita-cita dan impian hidup yang ingin diraih, mulai sekarang bangunlah
impian-impian anda setinggi mungkin. Silakan saja bermimpi setinggi gunung atau
bahkan setinggi langit, tidak aka nada yang melarangnya kecuali para pecundang.
Ciptakanlah cita-cita yang dapat membahagiakan kehidupan Anda. Tata kembali
hari-hari yang akan Anda lalui dengan sebuah impian. Bermimpilah sebelum mimpi
itu dilarang. Bermimpilah, niscaya Anda akan terkejut mendapat imipian Anda
menjadi kenyataan. Kalau tidak mempunyai impian, bagaimana mungkin anda akan meraih kebahagiaan dan kesuksesan
hidup. Hanya sekedar bermimpi saja anda merasa takut. Hanya membayangkan bahwa
hidup anda bahagia saja anda enggan. Hanya memikirkan kesuksesan belajar saja
anda tidak mau. Bagaimana mungkin anda akan berani melakukan perjuangan dan
pengormbanan dalam kehidupan ini jika bermimpi dan bercita-cita saja Anda tidak
berani?
Jika tidak berani bermimpi
dan bercita-cita, bagaiaman mungkin Anda akan berhasil menggapai impian masa
yang tentu saja memerlukan banyak perjuangan dan pengorbanan, memerlukan banyak
kerja keras nan cerdas, serta memerlukan waktu panjang untuk mewujudkannya?
Hanya sebatas bermimpi saja Anda merasa takut. Padahal bermimpi tidak
membutuhkan biaya dan tidak berisiko. Tetapi mengapa hati dan pikiran Anda
merasa ketakutan yang sangat mendalam. Mengapa Anda kalah sebelum berjuang dan mundur sebelum bertempur? Dalam hal
ketakutan membangun impian, kiranya kita perlu belajar kepada seorang penulis
muda penuh energy, Sholihin. Beliau pernah berkata, “Terkadang kita takut
mempunyai cita-cita dan impian, karena kita takut untuk mencapainya. Padahal
cita-cita dan impian merupakan energy yang menggerakkan jiwa, menggerakkan
pikiran untuk kreatif, menggerakkan badan untuk aktif, dan menggerakkan seluruh
tubuh untuk mencapai tujuan secara efektif.” Anda masih takut bermimpi juga?
Andrea Hirata adalah sosok
pemuda yang bisa dijadikan figure panutan dalam hal membangun impian. Ia hidup
disebuah pedesaan yang terisolasi. Hidupnya berada dalam kubangan kemiskinan.
Gedung sekolahnya sangat sederhana bahkan bisa dikatakan dalam kubangan
kemiskinan. Gedung sekolahnya sangat sederhana, bahkan bisa dikatakan sudah
reot dan hampir roboh. Jumlah murid yang belajar di sekolah tersebut hanya
sebelas orang. Sarana dan prasarana pendidikannya pun serba terbatas. Sekolah
tersebut hanya mempuyai satu orang guru dan satu orang penjaga sekolah. Bu
Muslimah, beliaulah guru yang dengan sabar mengajar disekolah tersebut dan
sekaligus menjadi inspirator bagi impian Andrea Hirata.
Suatu ketika, saat hujan
turun dengan lebat, Andrea dan teman-teman sedang berada di sekolah. Atap
sekolah tersebut bocor dan dindingnya diterpa angin yang membuat badan
kedinginan. Merak ketakutan. Sebaba, di samping Bu Muslimah belum datang,
keadaan saat itu sangat genting, petir sambung-menyambung berkilat menyambar
angkasa. Tiba-tiba, ditengah hujan deras yang tumaph ruah mengguyur persada
bumi, Bu Muslimah datang berpayungkan pelepah daun pisang. Saat itulah impian
Andrea terbentuk. Saya harus menjadi orang sukses; bisa kuliah di luar negeri
dan menuliskan kisah ini menjadi sebuah novel. Luar biasa! Kini impian Andrea
telah terwujud. Ia bisa melanjutkan study di prancis. Bahkan novel lascar
pelangi karya Andrea yang menceritakan petualangan hidupnya menjadi novel best
seller. Royalty dari penerbiatan novelna mencapai angak miliaran rupiah.
Kesuskesan Andrea terletak pada keberaniannya membangun impian dan ketegarannya
dalam mewujudkan impian menjadi kenyataan.
Satu kata kunci kesuksean
adalah berani bermimpi dan berani beraksi. Beraksi tanpa visi barupa impian
ibarat sebuah kapal yang berlayar tanpa arah tujuan. Kapal itu akan terus
berjalan mengikuti arah mata angin. Kemanapun angin bertiup, kesana pula kapal
akan mengikutinya hingga kematian tiba menjemputnya. Namun berani bermimpi
tanpa berani beraksi juga merupakan pekerjaan yang sia-sia belaka tanpa makna.
Hanya menghabiskan waktu dan tenaga saja, hanya buang-buang energy. Bermimpi tanpa
pernah mengikutinya dengan aksi nyata adalah pekerjaan yang hanya dilakukan
oleh para pmalas, tukang khayal, pembual, dan pecundang. Merka hanya pandai
berangan-angan tetapi tidak pandai mewujudkan angan-angannya.
Menjadi satu keniscayaan
bagai kita semua adalah mencoba memberanikan diri untuk bermimpi dan
memberanikan driri dalam beraksi mengejar impian tersebut. Ingatlah rumus
kesuksesan M+A=S. mimpi ditambah Aksi sama dengan Sukses. Rumus ini bisa kita
terapkan dalam segala bidang dalam segala situasi dan kondisi MAS inilah kunci
dasar sebuah keberhasilan dan kesuksesan.
Impian saja tiak cukup.
Impian harus diiringai dengan keberanian
beraksi, kebaranian mengaggung resiko kehidupan, keberanian untuk terus
berjuang dan berkorban, keberanian untuk terus menmpa diri di universitas
kehidupan, serta keberanian untuk
menanggung resiko dari sebuah keputusan untuk bermimpi. Kekuatan impian yang
tsus membayangi otak bawah sadar menyebakan seseorang selalu berusaha, bekerja,
berkarya, berkreasi, dan berinovasi dalam kehidupan nyata. Impian benar-benar
menjadi bahan bakar dalam mencapai puncak kesuksesan. Ayat-ayat Al-Qur’an
banyak yang mengajak manusia untuk bermimpi; bermimpi untuk mendapat pahala,
bermimpi masuk surge, dan bermimpi terhindar dari siksa neraka.
Dikutip dari buku Software Pembelajaran/ Muhammad Noer Hal. 33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar