Menangis lebih pantas jika Allah
tidak lagi berkenan menampakkan mukan-Nya dikehidupan kita. Tidaklah sopan jika
kita masih bisa tertawa ketika Allah tidak kunjung mengulurkan tangan, menjawab
segala doa.
Andai manusia menjaga kepercayaan
Allah, niscaya kesenangan mereka akan dijaga bahkan ditambah.
Udara dikampung ketapang
benar-benar segar. Tambah segar. Ba’da shubuh , lukman tidak bergegas pulang. Dia
sempatkan menemani Cang Haji Muhidin ngopi pagi. Cang haji adalah saudara istri
Lukman Maemunah.
“Gampang apa susah mencabut toge?”
cetus Cang Haji Muhidin sambil mengembuskan asap Jinggonya.
Luqmam bingung. Memangnya ada
pohon toge? Namun dia tidak ambil pusing. Anggap saja ada. “Gampanglah. Tinggal
cabut. Nggak usah pake kampak, nggak perlu pake gergaji kayu, “jawab Luqman.
Nah segampang itulah Allah kalau
sudah berkehendak mencabut kesenangan kita,”lanjut Cang Haji.
Cang haji menggunakan analogi
mudahnya kita mencabut pohon toge dengan mudahnya Allah mencabut keberkahan
dalam kehidupan manusia. Analogi itu sendiri masih kurang sopan’. Bagi Allah tentu
lebih sangat mudah lagi. Barang kali anda ada yang terlahir tanpa pernah tahu
seperti apa pohon toge itu. Pohon toge berbentuk kecil. Jika dicabut,
akar-akarnya ikut tercabut. Beberapa bahkan menanam pohon toge hanya dengan
menggunakan kapas.
Dalam kehidupan, ketika
kitaberada diatas angin, dimana tidak ada sesulitan yang berlalu dikehidupan,
kita kerap memiliki jiwa yang kosong dari kehadiran Allah; merasa tidak perlu
Allah. Kadang kita berjalan tanpa pengawasan-Nya, tanpa keberadaan-Nya, kita
lupakan kewajiban kita kepada-Nya. Kita juga melupakan orang-orang yang
seharusnya kita ulurkan kasih dan sayang, bantuan dan kepedulian. Yang kita
pertontonkan hanya kemewahan dan kenikmatan yang kita dekap dalam kesendirian.
Dua kata yang bisa mewakili
kondisi kita diatas, yaitu lupa diri.
“Manusai tidak jemu memohon
kebaikan dan jika mereka ditimpa malapetaka, dia menjadi putus asa lagi putus
harapan.” (QS Fushilat [41]:49)
“Dan apabila kami memberikan
nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia
ditimpa malapetaka, ia banyak berdoa.” (QS Fushilat [41]:51)
Ya lupa diri! Inilah salah satu
sikap jelek kita. Akhirnya, ketika mendapat kesulitan dalam kehidupan,
dipergilirkan dengan penderitaan, disentuh dengan kesulitan hidup dan
permasalahan, barulah kita sadar bahwa selama ini kita sudah melupakan-Nya. Ada
yang melupakan-Nya dengan tidak beribahdan kepada-Nya ada yang melupakan-Nya
dengan berbuat zalim kepada Dia. Kepada diri sendiri, dan kepada orang lain. Walhasil,
ketika lupa diri, kenikmatan dia cabut, kesenangan dia hilangkan. Menangislah kita,
mengiba-ngiba kembali hadirnya rahmat Tuhan.
“Dan sekiranya penduduk
negeri-negeri itu beriman dan memelihara diri, pastilah kami akan melimpahkan
kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Namun, mereka mendustakan
ayat-ayat kami. Maka, kami siksa mereka disebabkan apa yang mereka usahakan,”
(QS Al-A’raf [7]: 96)
Pembaca, boleh jadi sekarang ada
yang sedang dalam posisi mapan, kehidupannya sedang stabil. Boleh jadi keadaan
di ataslah yang bisa membuat kita lupa diri. Andai kita tahu bahka kehidupan
bisa berubah dalam sekejap, tentu kita akan berjalan dengan hati-hati. Andai kita
tahu bahwa masa depan kejadian ada dalam genggamann-Nya. Pastilah kita akan
menghargai keberadaan-Nya.
“Sesungguhnya manusai itu sangat
ingkar, tidak berteimakasih kepada Tuhannya. Dan sesungguhnya manusia itu
menyaksikan sendiri keingkarannya. Dan sesungguhnya manusia itu sagat bakhil karena
cintanya pada harta.” (QS Al-Adiyat [100]6-7)
Namun, itulah kita, manusia
sering lupa, lalai, ditipu nafsu dan sering ditelikung keinginan-keinginan
pendek. Beruntunglah bagi pembaca yang masih bisa menerima nasihat. Jangan sampai
terjadi apa yang dinisbahkan Cang Haji di atas bahwa jika Allah berkehendak. Dia
akan mencabut kesenangan kita semudah kita mencabut pohon toge. Bukan pohon
kecilnya yang tercabut, tetapi juga akar-akarnya! Makannya, tidak jarang kita
temukan orang yang bangkrut hingga ke titik zero (nol), alias tidak punya
apa-apa lagi dan tidak bisa berbuat apa pun! Ini sama saja dengan pohon toge
yang tercerabut dari akarnya. Bahkan ada yang sampai minus. sudah rugi, masih
ditambah pula dengan menanggung utang.
Akhirnya, jika kenikmatan sedang
berada dalam genggaman, ingat-ingatlah Dia dan ingatlah orang-orang yang harus
kita ingatkan. Wallahu a’lam.
Sumber: Buku Susah Itu Mudah/Ust. Yusuf Mansur Hal.30.
TINNIA TINNIA TINNIA RUPIA PULSA (FREE) TINNIA-ART - The
BalasHapusTINNIA TINNIA RUPIA PULSA (FREE) TINNIA-ART - titanium cookware The titanium hip TINNIA TINNIA RUPIA PULSA (FREE) TINNIA-ART - titanium oxide formula The titanium dive knife Manufacturer, NINIA. Condition, Used, Good titanium frame glasses