Rabu, 23 Januari 2013

Kebangkiatan FILM Nasioanl Perahu Kertas Terpanjang (5)

Film perahu kertas produksi Starvision yang ditayangkan pada 16 Agustus 2012 mengisi liburan lebaran mendapat perahtian luar biasa dari masyarakat.
Dari sejumlah film Indonesia yang diedarkan pada masa liburan Lebaran, film araha sutradari Haung Bramantyo itu merupakan jumlah penonton terbanyak dibandingkan film lain.
Seperti film Brandal-brandal Ciliwung, Cinta Suci Zahrana, Tanah Surga katanya dan 18++ Forever Love, Perahu kertas mengantongi jumlah penonton sekitar 600 ribu orang.
Perahu kertas diadaptasi dari novel dengan judul sama karya Dewi Lestari, Dewi menulis Novel itu secara maraton selama 55 hari berurutan.
“Saya bahkan sempat tinggal dirumah kost khusus untuk menuelsaika novel ini,” kata Dewi.
Novel yang diterbitkan Bentang Pustaka pada 2008 itu, ternyata mendapat tempat dihati masyarakat, hingga kemudian dicetak ulag sampai 15 kali.
TENTANG HATI
Chandra Parwez Servia, produser Starvision, mengatakan, Perahu Kertas adalah film yang lengakp dan mengungkapkan cinta secara kreatif.
“Film ini bicara tentang hati yang dipilih, dan tentang bagaimana cinta menjadi inspirasi yang membuat orang merasakannya menjadi manusia lebih baik,” katanya.
Perahu Kertas adalah salah satu film terpajang yang pernah dibuat stavision, dengan durasi 4,5 jam. Yang kemudian dibagi menjadi dua film, yaitu perahu kertas dan perahu kertas 2.
Kesuksesan film Perahu Kertas, mendapat apresiasi dari mentri Pariwisata dan ekonomi kreatif, Mari Eka Pangestu.Mari bahkan memuji Perahu Kertas sebagai film yang sukses mengadvokasi industri kreatif.
Ini film tentang orang-orang kreatif. Kita bisa melihat karakternya banyak menggeluti bidang kreatif seperti penulis, pelukis dan sebagainya,” kata Bu Mentri.
Makin  banyaknya film-film berkualitas yang diproduks akan menumbuhkan rasa optimisme. “Saya optimis, dengan semakin banyaknya film berkualitas yang produksi sineas Indonesia, maka kita akan segera memasuki era film bermutu,” tegas Mari.
HANUNG TAKUT
Novel Perahu Kertas laris manis dipasar, hingga harus cetak ulang sebanyak 15 kali. Itu artinya masyarakat sudah tahu benar isi cerita novel tersebut.
Maka ketika Hanung Bramantyo mendapat tugas mengadaptasinya ke film layar lebar, ada ketakutan dalam dririnya menghadapi penonton yang sudah fasih ending ceritanya.
“Saya takut, karena saya tidak menghadapi penonton yang fresh, dan akan membandingkan dengan versi novel serta sudah tau endingnya,” tutur Hanung.  “Awalnya saya malas, karena akan menghadapi hal yang sama seperti ini dan hadapi pertanyaan sama pula, yaitu apakah sama dengan novelnya, tambahnya.
Sebagai sutradara, Hanung memilih menjadi medium dan menghidupi karakter yang sudah ada. Diapun melibatkan Dewi Lestari.
“Makanya kehadidra penulis novel ini sangat penting,” imbuhnya. Pos Kota,18/01/13. Hl.9.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar