Selasa, 24 November 2015

Media Pelajar Edisi November 2015

Dapur Redaksi

Assalamualaikum..
Hay sob, gimana kabarnya, sehatkan pokonya jempol N’ mantap deh buwat kamu yang masih punya semangat untuk membangun perubahan. Tentu perubahan yang positif dong, siap dan ingin berubah bukan menjadi superman atau spiderman kan tapi berubah menjadi lebih baik maksudnya.
Berjalannya waktu, tentu umur kita semakin dewasa atau menua. Namun perlu km tau dong dewasa itu gak mesti diukur dari faktor usia. Melainkan dari watak atau karakter kita. Misalnya gak mungkinkan orang tua atau dewasa yang kelakuannya seperti anak-anak dianggap dewasa, sebaliknya gak mungkin anak-anak yang kelakuannya seperti orang tua disebut dewasa. Harus pandai menyesuaikan yah sob. Tetapi lebih masuk akal kalo orang yang sudah tua atau cukup umur memiliki karakter atau sifat dewasa.
Oya sob, hal yang penting juga nih dan yang gak boleh hilang dari hidup kita adalah satu kata ini yaitu SEMANGAT. Bisa dibayangkan gimana kalo kita ga punya semangat. Semangat bekerja, semangat belajar, semangat beramal dan semangat hidup. Sudah pasti kebalikannya dalah pesimis, putus asa, malas dan akhirnya gak ada harapan yang jelas dalam hidup kita.
Terusnih kita sebagai remaja, biasanya kalo punya keinginan pasti membara, tapi janganlupa yah sob. Setelah keinginan itu terwujud km juga harus bisa menjaganya atau konsekwensi. Misalnya kamu ikut organisasi atau komunitas, jangan hanya diawal km semangat tetapi kesananya km hilang semangat atau gak konsekwen. Cobalah latih dari sekarang, rasa tanggung jawab, disiplin serta punya komitmen yang tinggi. Karena pelajaran itu ga ada teorinya, melainkan langsung praktek dilapangan. Dan itu bisa dilihat dirasakan dari pengalaman sehari-hari.
Salam sukses. Salam semangat perubahn untuk menjadi lebih baik.*

Daftar Isi

Gak disiplin gak banget
Karakter Seorang pemimpin
Makna Kepahlawanan
Memaksimalkan Potensi Diri
Teman Sejati
Proses Kreatif Menulis Cerpen
Jika Menulis Sejak Dua Tahun
Masa Depan Jurnalisti
Mimpi Besar Jurnalistik SMKN1 Puloampel
Pengorbanan seorang Ibu
Puisi
Prestasi Tim Futsal
SMKN1 Puloampel
Alam Semesta Berlimpah
Penyakit yang sulit dihilangkan
Guru Tidak Segera Menyalahkan Siswa
Cara Hemat Kuota data Internet
Kata Motivasi
Lelah Hilang Melihat Semangat Anak-anak Pramuka
Memaknai Kegagalan
Surat Untuk Ayah
ROH Cerpen Putu Wijaya
Sarapan Debu Yuk

GAK DISIPLIN GAK BANGET DEH..

Hay guys gimana kabarnya? Semoga punya kabar baik yah, sehat selalu dan pastinya selalu semangat, pantang mundur. Oh yah guys gue pengen menyeoal tentang kedisplinan siswa. Gue minta maaf duluni kalau kata kata gue nyinggung tapi tulisan ini gue awali dengan pertanyaan yang langsung menyangkut peribadi kamu sekalian. Coba jawab pertanyaan gue selama ini loe sudah disiplin belum? Terutama disiplin masalah disekolah, loe sudah mentaati peraturan atau ketertiban sekolah belum, hem… jangan bingung guys sorry ni kalau gue kepo nanya nanya aja.
Ya setidaknya loe tau apa aja peraturan yang ada disekolah kamu beberapa peraturan yang  berada disekolah ini pasti menyangkut seragam sekolah, atribut, aksesoris, HP, ketertiban belajar, seperti jam masuk, istirahat, dan pulang sekolah, selain itu mungkin masih banyak masalah lain yang belum gue sebutin.
Cobani sapa yang sering terlambat masuk sekolah. Inget ya guys kalau ditanya sama guru kenapa terlambat jangan jawab bangun kesiangan atau datengnya kesiangan kenapa? Ya orang udah tau kesiangan malah jawab kesiangan lagi. Palingan kamu sengaja yah dari rumah santai leha leha, Atau karna males bangun pagi. Bergadang, keluyuran malem malem atau kebanyakan novi alias nonton tv hem baru gak tau guys yang gue sebutin walaupun gak bener seenggaknya nyerempet atau mirip gitu. Hehee.
Lanjut yah guys kalau kamu telat berarti kamu kurang disiplin dan hal itu kurang baik. Kamu bisa dicap jelek nanti apalagi kalau kamu sebagai cewek, wah jangan maluin diri sendiri deh. Tapi perlu kamu tauni ke sekolah sering telat atau kesiangan bisa disimpulkan 80% kamu gak bisa mengatur waktu, kan gak bisa ngatur waktu berarti merembet kalo kamu gak bisa mimpin diri kamu sendiri. Wah loe taukan kalo mimpin diri sendiri aja gak bisa apalagi mimpin orang lain. Inget loe guys kalau kamu masih pelajar atau masih sekolah bisa di ukur tiga empat atau lima tahun kedepan kamu akan jadi pemimpin keluarga, memimpin organisasi atau komunitas yang setidaknya walaupun nggak jadi pemimpin besar bisa mermimpin diri sendiri
Sekarang kamu sadarkan kalo disiplin itu penting untuk masa depan kamu dari sekarang enggak dilatih sikap di siplin tersebut akan susah nanti kita cuek sama puraturan sekolah, purusahaan atau peraturan yang berlaku di kampung atau di masyarakat. Jadi mulai sekarang tanam dalam hati, pikiran dan tindakan kita untuk di siplin kalau gak disiplin nggak gue banget nggak disiplin Cuma bikin rugi dan buang buang waktu gue bukan ngajarin atau ngeguruin tapi hanya berbagi dan saling mengingatkan.
Oya guys kalau kamu punya gagasan atau solusi gimana cara nya meningkatkan sikap disiplin. Boleh kamu menulis di majalah ini silahkan kamu yang punya inspirasi semoga bermanfaat….

Karakter Seorang Pemimpin

Setiap orang memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin. pemimpin yang baik adalah mereka yang memenuhi syarat sebagai Q Leader. Pemimpin Q dalam hal ini memiliki tempat empat makna:
Pertama, Q berarti kecerdasan atau intelegence (seperti dalam IQ-Kecerdasan intelektual, EQ-Kecerdasan emosional, dan SQ-Kecerdasan Spiritual). Q-Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ-EQ-SQ yang cukup tinggi.
Kedua, Q Leader berarti pemimpin yang memiliki quality, baik dari aspek visi maupun aspek manajerial.
Ketiga, Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki QI dibaca ‘chi’ bahasa mandarin yang berarti energy kehidupan.
Makna Q keempat adalah seperti yang di populerkan  oleh KH. Abdullah Gymnastiar sebagai Qolbu atau Inner Self. Seseorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya (qolbu-nya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self manajement atau Qolbu Manajement).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpn yang selalu belajar dan bertubuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau qadar Q (intelligence – quality-qi- qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin. Kepemimpinan Q mencakup tiga aspek penting (3G), yaitu:
1. Perubahan karakter dari dalam diri (character change)
2. Visi yang jelas (clear vision)
Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence)
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa tumbuh, belajar, dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan interpersonal, kemampuan teknis, pengetahuan, dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan). John Maxwell mengatakan, satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa tumbuh, ketika saya berhenti tumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tersebut.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang pemimpin dalam bertumbuh, yaitu:
1. Memupuk kesadaran diri (self awareness), kejujuran terhadap diri sendiri dan orang lain, kejujuran akan kekuatan dan kelemahan diri, serta adanya usaha yang tulus untuk memperbaiki kesalahan.
2. Dasar seorang pemimpin dalam memperlakukan orang lain di organisasi adalah persamaan derajat, tanpa harus menjilat ke atas-menyikut ke samping menindas kebawah.
3. Memiliki rasa ingin tahu dan keterbukaan sehingga orang lain dapat menyampaikan kritik dan saran secara jujur, lugas dan penuh rasa hormat kepadanya.
4. Bersikap transparan dan mampu menghormati pesaing atau musuh
5. Memiliki kecerdasan, kecermatan, dan ketangguhan sehingga mampu menjalankan fungsi kepemimpinannya.
6. Memiliki rasa kehormatan diri dan disiplin diri sehingga mampu bertanggungjawab atas prilakunya. Memiliki kemampuan komunikasi, semangat kerja tim, kreatif, percaya diri, inovatif, dan mobilitas.
Sumber: diolah dari berbagai sumber.

MAKNA KEPAHLAWANAN Menurut Pandangan Islam

Allah swt berfirman, “hay Nabi, korbankanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu daripada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al-Anfal: 65)
Islam adalah agama yang fleksibel, dinamis, santun dan penuh dengan nilai-nilai moralitas secra historis, islam lahir sebagai penyatu, penengah yang memadukan berbagai perbedaan, baik etnitas, budaya, dan kearifan local. Ukuran yang dipakai oleh islam dalam memandang kedudukan manusia bukan berdasarkan kekayaan, jabatan atau keturunan, namun ketakwaan dan akhlahk kharimah yang menjadi timbangan.
Allah swt berfirman, “Sesungguhnya yang paling dekat disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa diatara kalian. “ (QS. Al-Hujurat: 13)
Pahlawan, sebuah kata yang popular dan memiliki makna yang dalam. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pahalwan berarti seseorang yang berjuang dengan segenap pengorbanan, baik materi, tenaga, bahkan nyawa demi membela tanah air bangsa.
Dari pengertian tersebut, Nampak sesungguhnya seorang pahlawan adalah sosok yang memiliki intergritas tinggi, loyalitas tanpa batas, dan pengabdian tidak terbatas bagi bangsa dan Negara. Mereka adalah pribadi-pribadi yang pantang menyerah, senantiasa melihat kedepan, berdedikasi tinggi , dan selalu optimis dalam segala hal.
Islam sebagai agama yang menghargai prestasi, pengorbanan dan pengabdian memandang, bahwa siapapun yang bermanfaat dan berkontribusi kepada sesamanya, maka pribadi tersebut pantas disebut sebagai pahlawan atau  sebaik-baiknya manusia. Nabi Muhammad saw bersabda, “Sebaik-baiknya manusia diantara kalian adalah yang bermanfaat bagi manusia.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Seorang pahlawan ialah mereka yang mampu menempatkan diri pada tempatnya, tidak menzolimi orang lain, bersikap adil dalam setiap tindakannya, dan mampu untuk objektif melihat sesuatu, serta bisa menahan gejolak emosi, karena orang kuat adalah pribadi yang kuat membendung kemarahannya ketika ia marah. Nabi Saw bersabda, “Orang yang kuat bukanlah serorang yang menang dalam pergulatan, tetapi manusia yang kuat adalah siapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika ia marah.” (HR. Bukhori)
Jika berkaca pada sejarah kepahlawanan dalam islam, tidak akan menemukan figure-figur luar biasa yang memang pantas disebut sebagai pahlawan sejati. Nabi saw adalah sosok utama yang layak meyandang predikat tersebut, maka tidak berlebihan jika salah seorang sejarawan barat M. Heart memilih Muhammad sebagai orang paling berpengaruh didunia.
Allah swt berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat ) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”  (QS. Alh-Ahzab.:21)
Allah swt sangat menghargai mereka yang rela berkorban dengan harta dan nyawa mereka, untuk kepentingan Negara dengan agama, sehingga Allah menjanjikan surga sebagai balasan pengorbanan mereka. “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu dijakan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baiik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. At-Taubah: 41)
Perlu diketahui, sesungguhnya kepahalawanan tidak identik dengan mereka yang mempertaruhkan jiwanya dalam medan perang, tetapi ia lebih luas dari itu. Bahkan kita mendengar sebuah istilah, “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.” Ungkapan tersebut adalah benar adanya, terlebih lagi dalam perspektif islam yang memandang kepahlawanan sebagai sebuah nilai pengorbanan dan keteguhhan jiwa demi kepentingan orang lain.
Untuk menjadi pahlawan sejati sebagai mana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, kita membutuhkan apa yang dinamakan dengan kesabaran, sebab tanpanya mustahil manusia mampu meraih hakekat kepahlawan. Allah swt berfirman,” Hay Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu daripada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. “ (QS. Al-Anfal:65)
Sabar adalah penentu kemenangan bagi seorang pahlawan, ia bagaikan segalas jamu yang terasa pahit, tetapi justru dengan kepahitan itu akan menghasilkan kesembuhan yang rasanya lebih manis daripada madu. Kesabaran ibarat wanita yang melahirkan sifat lainnya. Dari kesabaranlah lahir sifat santun. Lalu berturut-turut lahir kesungguhan, kesinambungan dalam bekerja, dan yang mungkin sangat penting adalah ketenangan.
Namun, kesabaran itu pahit, semua kita tahu begitulah rasanya kesabaran itu. Dan begitulah suatu saat Rasulullah saw mengatakan kepada seorang wanita yang sedang menagisi anaknya, “Sesungguhnya kesabaran itu pada benturan pertama.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Jadi, pahitnya dari kesabaram itu hanya permulaannya, sebab kesabaran pada benturan pertama menciptakan kekebalan pada benturan selanjutnya. Mereka yang memiliki naluri kepahlawanan dan keberanian harus mengambil saham terbesar dari kesabaran. Mereka harus sabar dalam segala hal. Ketaatan, meninggalkan maksiat, atau menghadapi cobaan, dan dengan kesabaran tinggi.
Jadi, kepahlawanan dalam islam tidak didasarkan hanya pada keberanian seorang untuk berperang, namun lebih dari itu. Pahlawan adalah mereka yang bersungguh-sungguh berbuat dan bertindak demi kemaslahatan manusia, agama dan Negara, sesuatu yang sederhana dikerjakan tetapi dapat dirasakan manfaatnya oleh orang yang banyak. Dan, kepahalwanan harus diikuti dengn moralitas dan kesabaran yang tinggi(*)
Dikutip dari majalah Yatim Mandiri Edisi November 2015.

Memaksimalkan Potensi Diri

Kekaguman saya terhadap 13 bab strategi perang sun tzu serasa tak ada habisnya dan salah satunya pelajaran berharga yang bisa kita tarik dari strategi hebat itu adalah aplikasinya bagi personal development kita. Dari pola strategic thinking yang dikembangkan sun tzu, kita bisa megaplikasikannya dalam empat tahap penembangan diri, yaitu: pertama, mengenali diri sendiri, kedua, memposisikan diri, ketiga, mendobrak diri. Dan keempat, aktualisasi diri.
Mengenal diri sendiri adalah dasar dari tindakan-tindakan untuk mencapai sebuah cita-cita besar. Dalam 13 Bab setrategi perang sun tzu dinyatakan, “Mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri sekaligus mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, maka 100 kali berperang 100 kali menang. “Sementara, “Mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri tetapi tidak mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, aka 100 kali berperang, 50 kali menang 50 kali kalah. “Sebaliknya, “Tidak tahu kekuatan dan kelemahan diri sendiri maupun kekuatan dan kelemahan lawan, maka 100 kali berprang 100 kali pasti kalah.”
Dibanding ciptaan Tuhan yang lainnya, boleh dikatakan manusia adalah ciptaan yang paling sempurna. Kesempurnaan di sini dapat dilihat dari kelengkapan sisi-sisi menusia itu sendiri, yaitu ada kebaikan ada pula keburukan. Ada kekuatan ada pula kelemahan. Manusia sebagai makhluk berpotensi yang selalu bertumbuh menuju aktualisasi dirinya, harus mengenali kedua sisi tersebut sebaik-baiknya.
Contoh: setelah menganalisis diri dengan saksama, kita dapati bahwa kita memiliki kekuatan personal seperti kreatifitas, ketajaman analisis, penerimaan terhadap hal-hal baru, semangat belajar yang tinggi, serta cita-cita atau tujuan-tujuan pribadi yang mulia. Tetapi pada saat yang sama, kita merasa memiliki kelemahan seperti kurang disiplin, tidak fokus, kurang konsisten, tidak berani mencoba, atau tidak berani ambil resiko.
Pada kasus ini, kita lihat betapa kekuatan berupa potensi-potensi diri yang istimewa menjadi sulit berkembang, karena kelemahan-kelemahan yang tidak bisa dikendalikan atau dikelola dengan baik.
Titik krusialnya di sini adalah, memaksimalkan potensi atau kekuatan dan sekaligus meminimalkan pengaruh kelemahan kita. Caranya: pertama berkomvtmen untuk menghilangkan pengaruh kelemahan-kelemahan tersebut.
Kedua, melakukan usaha yang sungguh-sungguh untuk menghentikan pengaruhnya setiap kali kelemahan diri tersebut muncul.
Ketiga, menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baru yang mendorong mencuatnya potensi kita, dan pada saat bersamaan membenamkan kelemahan-kelemahan kita.
Dan ketiga hal ini harus dimulai sekarang juga’Action is power’ Tindakan adalah kekuatan!

Demikian dari saya  Andrie Wongso

Action & Wisdom Motivation Training
Success is My Right
Salam sukses luar biasa!
www.andriewongso.com

TEMAN SEJATI

Dalam aktivitas keseharian kita sering pilih-pilih dalam bergaul. Terkadang kita mudah tersinggung bahkan kita memecahkan dan membubarkan persahabatan atau ikatan silaturahmi karena teman kita memiliki kesalahan yang tak begitu berarti. Karena merasa sakit lantas tak ingin pernah bersahabat lagi, malahan menjadi musuh. Bukan hanya itu, terkadang manusia selalu membeda-bedakan orang kaya dengan orang miskin, atasan dengan bawahan. Benarlah saat kita berada diatas tak menyadari kita telah sombong, saat membawa mobil mewah misalnya memijit klakson dengan cara mengagetkan, mencipratkan genagan air dijalan yang becek pada kendaraan yang lebih kecil dari kita. Naudzubillah. Saat kita menjadi atasan, mentang-mentang dengan gampag menyrutuh ini itu kepada bawahan tanpa menghargai atau seenaknya saja, padahal sama saja setiap orang membutuhkan penghargaan atau minimal memiliki sikap yang santun terhadap siapapun tak memandang bulu. Karena jabatan ataupun harta benda itu hanyalah fatamorgana. Karena sewaktu-waktu pasti akan berubah. Perubahan itu bisa berasal dari bawah naik ke atas atau sebaliknya dari atas mutar ke bawah. Istilah pepatah hidup bagaikan roda yang terus berputar.  Tetapi akhir dari semua itu adalah bila kita mati. Semua yang kita miliki  tak akan terbawa. Entah itu orang-orang terdekat kita yang sangat akrab setiap hari, harta yang melihmpah, bahkan keluarga yang kita bangga-banggakan tak menemani saat kita meninggal. Maka hanya amallah yang menjadi teman sejati di akhirat kelak.
Untuk apa kita sibuk membanggakan diri, membanggakan harta dan jabatan. Sibuk dengan keluarga tercinta. Memang kata Rasulullah hanya tiga perkara yang takkan terputus meski telah meninggal dunia yakni ilmu yang bermanfaat, doa anak yang soleh dan sedekah amal jariyah. Inilah pelajaran berharga semua berpusat pada saat nanti kita mati. Berapa banyak bekal berupa amal sahalih yang kita kumpulkan. Hendaknya kita memiliki jawaban untuk apa dan apa saja yang kita lakukan semasa hidupnya. Ingatlah itu saudaraku.
Maka janganlah menyibukkan diri dalam mempertahankan yang sifatnya keduniaan. Karena dunia hanyalah sementara tempat kita singgah. Semoga saja kita sesali ingat akan pelajaran berharga ini. Bagaimana bila kita maati tidak mempunyai amal yang cukup. Bagaimana bila saat kita mati masih mempunyai rasa benci dan sombong pada orang lain. Maka berikanlah yang terbaik dalam kesempatan hidup kita. Karena siapakah yang akan menolong kita selain amal diri kita sendiri.*
 An-Nahl

PROSES KREATIF Menulis Cerpen

Dari sekian banyak pengalaman pengarang fiksi termasuk fiksi cerpen, kegemaran membaca merupakan salah satu modal dasar kepengarangan. Dengan banyak membaca karya-karya fiksi yang baik, dengan sendiriny akan menambah pengalaman batin si pembaca. Didalam novel atau cerpen dapat dijumpai berbagai watak manusia yang menjadi tokoh cerita serta persistiwa-peristiwa yang selama ini belum pernah kita alami. Informasi-informasi yang mengasikkan itu dapat pula menimbulkan keinginan untuk selalu dekat dengan bahan bacaan. Buku-buku sastra atau bukan, karya asli maupun asing yang telah dibaca seseorang tentu juga memberikan kontribusi terhadap sikap kritis yang pada akhirnya timbul sikap memilih bacaan. Memilh bacaan tidak saja dari segi jenis karangan tetapi juga memilih pengarang yang disukai. Hal itu didapat dari pengalaman banyak membaca. Kebiasaan membaca itu sebaiknya dimulai sejak usia dini, ketika imajinasi mulai berkembang pesat.
Ada banyak kategori pembaca, diantaranya yang bakal menjadi pengarang adalah pembaca aktif dan kritis. Pembaca jenis ini tidak saja menempatkan dirinya sebagai penikmat, tetapi sekaligus menjadi kritikus. Berbekal kekayaan batin dari pengalaman pembaca, biasanya seseorang menjadi lebih peka terhadap realitas faktual, kehidupan nyata, lingkungan sosial, bahkan semesta alam. Hal ini diiringi dengan kemampuan menerungkan hakikat dari suatu fenomena. Dengan demikian, imajinasi menjadi berkembang dan saling berasosiasi dengan realitas faktual.Tanpa di sadari, kepekaan estetis muncul dalam dirinya.
Pada tahap selanjutnya, kebiasaan membaca yang telah mengantarkan seseorang menuju kepekaan estent estetis, secara selintas pernah terpikirkan untuk menuliskan ide cerita yang berkelabat di pikirannya. Masalahnya sekarang, bagaimana cara memulainya dan mengekspresikan dirinya melalui media bahasa tulis. Pengalaman menunjukkan bahwa untuk memulai suatu keterampilan baru memerlukan kesiapan mental. Analoginya ialah bagaimana seseorang belajar naik sepeda. Selama ini hampir tak pernah ada kursus naik sepeda. Persiapan belajar naik sepeda adalah nekat. Dengan modal nekat, seseorang akhirnya bisa mengendarai sepeda dengan enak. Bahkan, ada yang sangat mahir hingga menjadi pembalap. Akan tetapi, tentu saja hal ini dilakukan setelah melalui proses jatuh bangun bahkan luka.
Belajar naik sepeda adalah contoh sederhana untuk menjawab bagaimana caranya memulai menulis cerpen. Ketika ditanyakan kepada orang yang telah mahir naik sepeda: “Bagaimana caranya pertama kali belajar naik sepeda?” jawabannya sudah pasti dapat diduga, yakni dengan modal nekat, menggiring sepeda ketempat lapang, mulai menginjak pedal, terserah sebelah kiri atau kanan dulu, atau langsung naik sepeda jika cukup tinggi, lalu genjot! Jalan! Bagaimana kalau jatuh ? itu risiko. Coba lagi hingga bisa. Bagaimana kalau cerpen pertama kali ditulis tidak selesai? Coba saja selesaikan, apapun jadinya. Setiap jenis keterampilan termasuk menulis memerlukan latihan untuk sampai ke tingkat mahir.
Kepercayaan diri timbul ketika tanpa disangka-sangka seseorang telah mahir naik sepeda. Ia lupa bagaimana mulanya dulu ia susah payah memulainya. Demikian pula dengan menulis, ketika cerpennya hampir dilupakannya, tiba-tiba muncul disebuah surat kabar edisi minggu. Iapun telah lupa bagaimana dulu ia menyelesaikan cerpen itu dari awal hingga akhir. Ia merasa berhak disebut pengarang cerpen.
Sesungguhnya apa yang membedakan seorang pengarang fiksi, baik novel, cerpen, maupun puisi dengan orang yang tidak pernah menulis fiksi sebagai manusia tidak ada perbedaan diantara keduanya. Akan tetapi secara fungsi, penulis cerpen adalah produsen dan yang hanya membaca (bukan penulis adalah konsumen alias penikmat).
Sebagai produsen, penulis cerpen tidaklah bekerja seperti sebuah perusahaan produksi makanan dengan memakai jadwal kerja, pegawai dan target produksi. Seorang penulis cerpen atau pengarang fiksi bekerja sendiri dan tak terbatas waktu, kecuali kalau sudah capai. Seorang pengarang dalam proses melahirkan sebuah karya hanya berhadapan dengan mesin tulis, atau computer. Semua sumber karangan yang telah berkumpul dikepalanya mengalir ke jari-jarinya hingga menekan huruf demi huruf secara intens.
Mengarang cerpen adalah pekerjaan yang menyenangkan. Sama halnya ketika di sekolah Dasar dulu, guru kita menyuruh membuat karangan “suka hati”. Murid-murid, termasuk saya sendiri diam tanpa ada suaru karena asiknya menulis dengan pensil diatas selembar kertas dengan kepala hampir menyetuh meja.
Saya terkejut ketika terdengar suara buguru : “Siapa yang sudah siap boleh pulang, letakkan karangannya dimeja ibu!”
Antara godaan pulang kerumah dan menyiapkan karangan yang sedang terbengkalai membuat konsentrasi saya hampir buyar. Padahal, saat asyik membuat karangan suka hati itu, saya lupa bahwa saya sebenarnya sudah lapar dan haus segera pulang. Saat itu saya sedang asyik mencurahkan imajinasi saya tentang anak-anak yang main layang-layang hingga putus dan tersangkut dipohon asam. Semua anak-anak mengejarnya, termasuk “aku” dalam cerita. Orang yang berhasil memanjat pohon asam itu adalah seorang anak yang bertubuh kekar, tetapi nakal tak ketulungan karena kegemarannya selama ini mengganggu anak-anak yang lebih lemah darinya. Dalam karangan itu, saya merasa puas karena berhasil melampiaskan ketidaksenangan “ aku” terhadap sianak nakal hingga ia terjatuh dari pohon asam karena terlalu keujung dahan meraih layangan. Kakinya terpeleset hingga jatuh berdebam. Ia terpaksa digotong orang desa yang kebetulan pulang dari sawah kerumah sakit karena sinakal mengalami patah tulang.
Untunglah saya berhasil menyelesaikan karangan itu sebelum semua anak kelas Va pualang. Saya termasuk orang yang tidak terlalu cepat keluar, tetapi mungkin murid yang paling senang diberi tugas mengarang hingga berlanjut sampai dewasa.*
Dikutip dari buku Kiat Menulis Cerita Pendek:      Harris ET. Hl.55