Minggu, 17 April 2016

Proses Menghilangkan Sifat Suka Menunda-Nunda

Marilah kita lihat gejala penyakit yang khas dari sifat suka menunda-nunda ini. Semua sifat suka menunda-nunda ini bersumber pada anggapan bahwa tugas itu tertalalu besar atau terlalu sulit untuk dimulai sekarang juga.
Ketika pikiran mengatakan bahwa sesuatu itu terlalu sulit, maka hal itu sesungguhnya berarti sesuatu yang bukan rutin.
Pikiran kita lebih suka  mengerjakan tugas yang sudah biasa kita kerjakan karena otak kita dapat menggunakan pilot otomatis untuk mencapai tujuan. Kemuian otak itu dapat melanjutkan apa yang disukainya, yaitu, melamun, menghayal, dan mengenang kembali percakapan atau peristiwa masa lalu.
Anggaplah sebagai pekerjaan rutin
Ketika kita mencoba untuk melaksanakan tugas baru yang non-rutin, maka pikiran kita segeraa mematikan pilot otomatis itu dan memberikan perhatian penuh terhadap tugas yang baru ini. Karena hal ini akan memindahkannya dari masa lalu yang disukainya, maka otakpun mengirimkan pesan yang mendorong kita untuk menundanya; terlalu sulit, terlalu sulit, atau itu akan meakan waktu lama, sekarang kamu tidak ada waktu atau kerjakan besok, ketika suasana hatimu lebih baik.
Oleh karena itu, kita harus membujuk otak kita agar mau berpartisipasi dancara terbaik untuk melakukan hal ini adalah dengan menyatakan bahwa tugas  yang baru itu tidak akan terlalu buruk.
Semakin kita membuatnua tampak seperti pola kerja yang lama, maka semakin mudah pula bagi otak kita untuk menerimanya.
Cara paling efektif untuk melakukan hal ini adalah dengan membagi-bagi pekerjaan itu menjadi segmen-segmen atau bagian-bagian yang kecil. Dengan demikian otak tidak akan menolak tugas untuk menangani bagian kecil yang sudah dikenal itu. Dengan demikian, otakpun dapat mengerjakannya secara otomatis.
Makin kecil bagian-bagian itu sehingga dapat dikerjakan secara otomatis, makin senang pula otak kita menerima. Dengan demikian, kita menciptakan lebih banyak kesempatan untuk memulai dan menyelesaikannya.
Carilah faktanya
Mungkin anda bertanya. Bagaimana kalau segmen atau bagian dari tugas itu tidak diketahui ? pertanyaan ini penting karena otak kita, bagaimanapun juga, cenderung untuk menghindari apapun yang tidak diketahuinya.
Bagaimana kalau kita tidak tahu cara menangani segmen atau bagian dari tugas ini bagaiamana kalau faktanya hilang?
Mari kita lihat sebuah contoh yang khas, missal, kita punya tugas, kita telah mbagi menjadi eberapa potong, dan kita menemukan satu potong yang tidak kita ketahui sehingga otak kita menolaknya mentah-mentah. Yang tidak diketahui iut adalah tidak adanya informasi keuangan.
Kemudian kita mencari sumber informasi yang memungkinkan, memasukkannya ke dalam daftar , dan merencanakan untuk menanganinya satu per satu. Daftar kita untuk tampak seperti ini:
Tanyalah ahlinya, bacalah tentang  hal itu, tanyalah teman-teman . tetapi otak kita juga tidak terlalu  puas karena tidak jelas siapa yang harus ditelepon atau dihubungi, atau ke mana harus pergi untuk membacanya.
Buanglah semua yang tidak diketahui
Jadi kita bagi-bagi lagi segmen atau potongan-potongan itu dengan memikirkan pilihan yang memungkinkan dari siapa dan keman itu. Dengan demikian, segmen atau potongan-potongan itu dapat ditangani secara otomtis.
Kali ini, otak kita menyukainya karena dapat menangani ketiga poin diatas secara ototmatis. Sehingga dengan demikian tidak ada yang tidak diketahui.
Tetapi apabila harus berhenti di sini dengan instruksi untuk otak kita ini, maka kita tidak akan pernah memulainya. Mengapa? Karena otak belum diperintah tentang kapan harus melaksanakannya.
Otak akan menunggu perintahnya. Logikanya adalah. ‘Ya saya tahu. Saya akan mengerjakannya. Tetapi ada lainnya yang harus dikerjakan sekarang. Oleh karena itu. Saya akan menunggu’. Sementara itu otak melaksanakan tugas otomatisnya atau menikmati pekerjaan masa lalu yang disukainya.
Jangan beri alasan apapun pada otak
Kita bagi-bagi lagi segemen atau potongan-potongan itu untuk terakhir kalinya, yakni ketika sudah hampir menuju sukses.
Sekarang segeman atau potongan-potongan itu dipindahkan ke buku harian kita atau ke daftar untuk hari ini dan selanjutnya. Karena tidak ada hal-hal yang tak terurus, maka otakpun tidak akan menolaknya.
Setiap tujuan memerlukan pembagian ke segemen atau potongan-potongan yang lebih kecil. Rintangan utama yang menimbulkan sifat suak menunda-nunda adalah tidak dilakukannya pembagian ke segmen atau potongan-potongan yang lebih kecil ini.
Ingatlah siapa yang berkuasa. Kita kadang-kadang lupa bahwa kitalah yang berkuasa atas otak kita sendiri.
Untuk mengendalikan otak kea rah yang baru, seperti untuk malaksanakan tugas yang baru, diperlukan upaya secara sadar dari kta. Dengan kata lain. Kita harus mengatakan apa yang harus dilakukan. Jika tidak otak secara otomatis akan melakukan sesuatu yang lain. Cara terbaik untuk membuatnya bertindak adalah melalui pembagian ke segmen atau potongan-potngan yang lebih kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar