Ini sekedar berbagi bahwa segala ssuatu gak mesti mewah, gak
mesti mahal, dan gak mesti bermerek atau bergengsi yang penting sesuai
fungsinya dan dapat menunjang kebutuhan hidup kita tanpa berlebihan. Sesuai
pengalaman ibu saya khusunya. Anggaplah orang dulu yang selalu sederhana dan
prihatin, makan gak terlalu enak (gak mahal), pakain sederhana dan tidak gunta
ganti, biaya untuk jajan atau pengeluaran minim, selalu memikirkan untuk hari
esok dan tidak mumpung punya.
Walaupun demikian tetapi orang dulu dapat mendidik dan
membesarkan anak-anakanya, bisa menyekolahkan tanpa beribet dan banyak omong
seperti orang-orang saat ini. Prinsip orang tua bijak selalu berkata “lebih
baik saya tidak makan daripada anak saya tidak bisa sekolah.” “lebih baik
menunda kesenangan sesaat demi kebahagiaan yang panjag.” Orang tua dulu tingkat
kesadarannya sangat tinggi, dan memiliki kesabaran yang kuat. Alhasil
melahirkan generasi yang cerdas meski mereka memberi asupan makanan tak
sebergizi saat ini yang berbagai macam makanan yang katanya bergizi dan enak
dapat mencerdaska dan menumbuhkembangka otak anak. Bukankah dulu sangat jarang
adanya susu dan keju, roti, dan makanan2 lain yang katanya sangat bergiji. Yang
penulis tau orang-orang dulu makannya jagung, singkong rebus, ubi-ubian dan
sejenisnya, walaupun makan nasi tapi lauknya sederhana dan secukupnya jika
sudah ada ikan sudah cukup atau sebaliknya bila sudah ada lauk tempe dan sayur
sudah cukup gak perlu yang lain. Namun tidak seperti sekarang, karena lebih
cenderung rakus. Saat makan saja inginnya banyak menu, segala macam makanan
dikeluarkan dan dimakan semua misalnya ada daging, tahu tempe, sayur,
buah-buahan, susu, jus, lalapan, daging ayam dan semua makanan yang enak2 itu.
Yag lebih heran ketika bulan puasa pengeluaran untuk menyediakan makanan atau
berbuka puasa lebih besar daripada pengeluaran bukan dibulan puasa (hari
biasa). Padahal secara logika harusnya lebih hemat karena waktu seharian tidak
makan dan minum tapi kebanyakan dari kita balas dendam segala makanan kita
lahap disaat berbuka sehingga kita tidak mendapatka keberhakahan bulan puasa
karena tidak bisa menahan hawa nafsu termasuk nafsu makan yang begitu rakus.
Semantara itu disini penulis menyebut sebuah nominal lima
ribu saja, yah inilah fakta yang penulis amati. Kata lima ribu tersebut saya
jumpai disebuah warung nasi uduk dicilegon, yang buka hanya sore hingga malam,
ketika itu saya pesan uduk satu piring dan diberi 3 potong tempe goreng. Kemudian
segelas teh hangat biasa. Saya makan dan rasanya enak dilidah. Selain rasa
makanannya yang enak pelayanannya juga sangat ramah, yang melayani seorang ibu
yang masih muda murah senyum. Ia ditemani oleh suaminya dan anaknya putra satu
dan putrid satu. Semua mengerjakan tugasnya masing2. Ah begitu indahnya
pemandangan ini melihat mereka sangat kompak dalam melayani pelanggan dan
mencari duit. Meskipun warung uduk itu sederhana tapi itu sebagai sumber
penghasilan yang luar biasa bagi keluarga mereka.
Setelah selesai makan, saya langsung menanyakan “berapa
semuanya bu”, kata ibu2 itu “Lima ribu saja mas” subhanallah harga yang sangat
murah bukan. Selain enak rasanya kenyang diperut. Malam itu diperjalanan pulang
saya terus merenungi, walaupun murah yang penting kenyang, walaupun tidak
bergengsi dan bermerek serta tidak memiliki tempat yang wah yang penting dapat
memadam kelaparan saya. Inilah selama ini yang saya cari. Ya kesederhanaan.
Coba kita bandingkan saudara silahkan makan dengan menu yang menurut anda
paling enak dan banyak ragamnya saya cukup menu vaforit saya tadi yang murah
meriah itu. Lalu lihat hasilnya sama2 kenyangkan nanti pas diproduksi diperut
dan dikeluarkan di WC juga samakan. Tapi apa yang beda. Saudara mengeluarkan
banyak duit sedangkan saya hanya lima ribu saja bukan?.
Kesimpulannya bahwa kita tidak perlu mewah dan mengeluarkan
banyak duit, asalakan sesuai dengan kebutuhan kita, asalakan hakekatnya sama
seperti dalam memilih menu makanan, pakaian, dan kebutuhan2 lain. Kalau bisa
sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu ada baiknya saudara memikirkan
seberapa besar manfaat dari sesuatu tersebut. Kenapa demikian? Karena dalam
hidup pastinya harus ada yang diprioritaskan kebutuhan anda yang penting namun
adalagi yang lebih penting. Maka pilihlah yang lebih penting itu. Seberapapun
harta yang kita miliki toh diantaranya ada hak untuk orang2 yang tidak mampu
yang berada dibawah kita. Dripada kita
menghambur2kan uang uantuk kesenangan kita yang tidak jelas lebih baik kita
berikan kepada orang yang lebih membutuhkan. Apalagi segala sesuatunya
menggunakan fasilitas Negara atau rakyat, maka berhati2 lah karena semua itu
bukan sepenuhnya hak kita. Seseorang yang mementingkan dunia dan terlalu nafsu
dengan segala macam kebutuhan manusia itu disebut hedonisme.
Akhirnya semoga kita terhindar dari sikap hedonisme, menjadi
orang yang bijak dan sederhana sehingga kita bisa menjalani hidup dengan damai
dan berkah serta mendapat ridha Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar