Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib bin Fahr bin malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas Mudhar bin nazzar bin Ma’d bin Adnan.
Sampai disini, keshahihan nasab beliau telah di ketahui. Adapun setelah Adnan masih terjadi perbedaan pendapat. Tidak ada perbedaan pendapat bahwa Adnan merupakan keturunan Ismail. Dan ismail, menurut pendapat yang benar, adalah putra Ibrahim yang disembelih. Pendapat bahwa putra Ibrahim yang disembelih adalah Ishaq, adalah batil.
Tidak ada perbedaan pendapat bahwa nabi dilahirkan di Makkah pada tahun gajah. Peristiwa pasukan gajah adalah semacam prolog menuju sejarah Nabi dan Baitullah.
Pasukan gajah terdiri dari orang-orang Nasrani ahlu kitab yang agamanya lebih baik di bandingkan memberikan pertolongan kepada penduduk makkah, tanpa sedikit pun peran manusia, sebagai prolog menjelang kemunculan seorang nabi di makkah dari kalangan suku Quraisy dan sekaligus sebagai wujud pemuliaan tanah suci.
Kisah Pasukan Gajah
Mengenai Latar belakang terjadinya peristiwa pasukan gajah, Muhammad bin Ishaq mengisahkan bahwa Abrahah bin Shabah adalah seorang gubernur Yaman dalam pemerintahan Najasyi: raja Habasyah. Ia melihat, pada musim tertentu, orang-orang Berbondong-bondong datang ke makkah. Maka, ia berinisiatif membangun sebuah gereja di shana’a. Ia menulis surat kepada najasyi sebagai berikut:
Saya telah membangun sebuah gereja untuk paduka, belum pernah di bangun gereja semegah itu. Saya tidak akan menghentikan pembangunan ini sampai saya berhasil mengalihkan hajinya orang-orang arab kesana. Hal itu di dengar oleh seorang pria dari suku kinanah. Ia pun nekat memasuki gereja tersebut di malam hari dan mengotori kiblatnya dengan tinja.
Abrahah naik pitam. Ia bertanya, “Siapakah yang lancang berbuat seperti ini?”
Ada yang menjawab, “seorang penduduk di sekitar ‘Rumah’ itu. Ia mendengar ucapan paduka.”
Abrahah pun bersumpah akan menyerang dan menghancurkan Ka’bah. Ia menulis surat kepada Najasyi mengabarkan tentang sumpahhnya itu. Ia meminta bantuan raja agar mengirimkan pasukan gajah kepadanya. Raja mempunyai gajah bernama Mahmud, tidak pernah terlihat ada gajah sebesar dan sekuat itu. Raja najasyi pun mengirimkan gajah itu kepada Abrahah. Abrahah pun berangkat untuk menyerang makkah. Mendengar berita itu, orang-orang arab menganggapnya sebagai sebuah persoalan besar dan mereka wajib berperang untuk melakukan perlawanan.
Salah seorang dari raja-raja Yaman, bernama Dzunafar, berangkat untuk melakukan perlawanan. Tetapi Abrahah berhasil menaklukannya dan menangkapnya sebagai tawanan. Dzunafar berkata, “wahai abrahah’ jangan bunuh saya, itu lebih baik bagi Anda!”
Abrahah pun membiarkannya hidup dan mengikatnya. Abrahah adalah seorang pria pemaaf. Ia melanjutkan perjalanan, hingga mendekati daerah khats’am. Nufail bin Habib Al-khats’am bersama suku-suku arab yang dibawah kepemimpinannya juga melancarkan perlawanan terhadap pasukan Abrahah. Tetapi Abrahah juga berhasil menaklukkan mereka. Abrahah menangkap nufail. Nufail berkata. “paduka Raja, saya bersedia menjadi penunjuk jalan anda menuju Makkah. Dan lihatlah, aku punya dua tangan yang di dengar di patuhi oleh wargaku, maka biarkanlah aku hidup, itu lebih baik bagi Anda!”
Abrahah pun membiarkan nufail tetap hidup. Nufail pun ikut berangkat bersama Abrahah sebagai penunjuk jalan. Tiba di thaif, mas’ud bin mu’tab bersama sekelompok pria dari Tsaqif datang kepadanya. Ia berkata, “paduka raja, kami adalah hamba sahaya anda, kami akan mengutusbeberapa orang bersama Anda sebagai penunjuk jalan.” Maka, mereka pun mengutus abu righal, budak mereka ikut bersamanya. Ia pun berangkat. Sesampai di mughammas, abu righal tewas. Kuburannya kelak ikut dihujani batu. Abrahah mengutus seorang pria dari habasyah bernama Aswad bin mafshud memimpin pasukan berkuda. Abrahah memberikan instruksi agar ia merampok ternak. Maka, aswad merampok kekayaan dari tanah suci, termasuk dua ratus ekor unta milik abdul muthallib.
Seorang pria dari humair di utus oleh abrahah supaya datang kepada penduduk makkah. Pesannya, “sampaikan kepada pemuka makkah, kedatanganku bukanlah untuk berperang, tetapi untuk menghancurkan ‘rumah’ itu.”
Pria itu pun berangkat, menyampaikan pesan abrahah kepada Abdul Muthallib.
Abdul Muthallib berkata, “kami tidak memiliki kekuatan sama sekali. Kami akan membiarkannya melakukan apa yang diinginkannya. Karena, ini adalah rumah Allah dan kekasih-nya, Ibrahim.jika allah melindungi rumah ini, maka sudah sepantasnya, karena ia rumah dan tanah suci-nya. Tetapi bila ia membiarkan, maka demi allah, kami pun tidak memiliki kekuatan apa-apa.”
Kemudian, Abdul Muthallib berkata, “mari kita menemui raja!”
Dzunafar adalah seorang sahabat dekat abdul muthallib. Ia pun mendatangi dzunnafar. Ia berkata, “wahai dzunafar, adakah yang bisa kau lakukan untuk meringankan apa yang menimpa kami ini?” Dzunafar menjawab, “apa yan bisa di perbuat oleh seorang tawanan, yang sendiri tidak tahu apakah akan di bunuh besok pagi atau sore hari? Tetapi, aku akan mengirim utusan kepada unais, si pawang gajah. Ia adalah temanku. Aku akan meminta kepadanya agar menunjukkan penghormatannya kepadamu ketika di hadapan raja.”
Ia pun mengirim utusan kepada unais. Selanjutnya, unais berkata kepada abrahah,”ada seorang tokoh yang di segani oleh orang-orang Quraisy, meminta izin berjumpa dengan paduka! Dia datang bukan untuk melawan paduka atau membangkang perintah paduka. Saya berharap paduka mengizinkannya.” Abdul Muthallib adalah seorang pria bertubuh besar dan tampan. Begitu melihatnya, abrahah langsung terkesan dan menghormatinya. Ia tidak suka duduk di atas singgasana, sementara abdul muthallib duduk di bawah. Maka, ia turun ke permadani. Di panggilnya abdul muthallib dan di persilakannya duduk bersamanya. Abdul muthallib meminta kepada abrahah agar mengembalikan dua ratus ekor unta miliknya yang telah dijarah.
Abrahah pun berkata kepada penerjemahannya, “Dalam pandanganku, engkau seorang pria yang mengagumkan sejak pertama kali aku melihatmu. Tapi, kini aku memandang rendah kepadamu.”
Abdul Muthallib bertanya, “Mengapa?”
“aku datang untuk menghancurkan sebuah rumah, yang merupakan simbol agamamu dan agama nenek moyangmu, juga simbol kemuliaan dan kehormatan kalian. Namun engkau tidak berbicara kepadaku mengenai nya, justru berbicara kepadaku tentang dua ratus ekor unta?”jawab Abrahah.
“aku pemilik unta. Adapun rumah itu, pemiliknya sendiri yang akan melindunginya,” kata abdul muthalib. Abrahah berkata,”tidak mungkin ia melindungi rumah itu dari serangkanku,”
“silahkan anda lakukan!” kata abdul muthallib.
Abrahah memerintahkan agar unta-unta itu dikembalikan kepada abdul muthalib. Keamudian abdul muthalib peargi. Ia menceritakan semua itu kepada orang-orang Quraisy . ia lantas menginstusikan kepada mereka supaya pergi berpencar ke lembah-lembah serta berlindung di puncak-puncak bukit, karena di khawatirkan mereka terkena serangan pasukan itu secara tidak sengaja. Mereka pun mematuhi instruksinya. Abdul muthallib mendatangi baitullah, memegang lubang pintu, lantas berkata:
Wahai Rabbku, tiada yang bisa kuharapkan selain-mu, untuk menghadapi mereka
Wahai Rabbku, cegahlah mereka dari tanah larangan-mu musuh-musuh rumah-mu adalah yang juga musuhmu maka cegahlah mereka jangan sampai menghancurkan desa-desa-mu
Ia juga berkata :
Sungguh siapapun pasti akan melindungi barang-barangnya juga masyarakatnya , maka lindungilah masyarakat-mu sekali-kali, jangan smpai salib mereka menang besok pagi, tempat mereka adalah tempat-mu mereka kerahkan bala tentara Negara dan gajah, untuk menawan keluargamu jika engkau biarkan mereka menghancurkan ka’bah maka urusan ini terserah pada-mu
Kemudian, abdul muthallib bersama kaumnya menuju suatu daerah aman. Pagi harinya, abrahah telah berada di mughammas, bersiap-siap memasuki makkah. Ia telah menyiagakan pasukan dan gajauhnya. Nufail mendatangi gajah, lantas mengatakan, “hai Mahmud! Menderumlah! Sesungguhnya engkau berada di tanah allah yang suci!”
Gajah itu pun menderum. Mereka berusaha membangkitkannya, tetapi si gajah tidak mau. Adapun ketika arahnya di alihkan ke Yaman, gajah itu kontan berdiri dan berjalan cepat. Hal yang sama terjadi pula ketika mereka mengalihkannya kea rah syam. Begitu juga pula jika kearah timur. Namun, ketika mereka kembali mengarahkannya ke tanah suci , ia kembali menderum. Nufail lantas pergi ke puncak gunung.
Allah mengirimkan burung-burung dari arah lautan, setiap ekor burung membawa tiga butir batu, dua butir di kaki dan sebutir di parunya. Ketika sampai di lokasi berkumpulnya pasukan abrahah, burung-burung itu melepaskan btu-batu tersebut kearah mereka. Tidak ada seorang pun yang terkena batu itu, kecuali pasti binasa. Namun tidak semuanya terkena batu itu. Sisa-sisa pasukan yang masih hidup berlarian mencari nufail, agar nufail menunjukkan jalan menuju Yaman. Mereka pun saling bertubrukan, sehingga bergelimpangan berjalan-jalan dan mereka pun tewas terkapar di beberapa lokasi mata air. Allah juga mengirim penyakit tubuh abrahah, sehingga jari-jarinya terputus satu demi satu. Ia mencapai daerah Shan’a, sedangkan keadaannya seperti anak burung. Ia tewas, setelah sebelumnya dadanya terbelah dan keluarlah jantungnya. MP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar