A.Riwayat Hidup
Sitok Srengenge lahir pada tanggal 22 Agustus1965 di Desa Dorolegi, grobogan, Jawa tengah. Ia memperoleh gelar sarjananya dari IKIP Jakarta.
Keterlibatan sitok di bidang seni dan kesusastraan di mulai ketika ia memutuskan untuk bergabung dengan bengkel Teater pimpinan Rendra. Di kemudian hari, nama sitok dikenal sebagai tokoh pengelola jaringan kebudayaan dan seorang aktor panggung yang andal. Melalui komunitasnya, Yayasan Gorong-gorong Budaya, Sitok merintis penerbitan sejumlah buku dan melakukan berbagai kegiatan kesusastraan. Sitok juga kerap melakukan sejumlah pementasan yang slalu di banjiri penonton yang sangat mengagumi resitasi (pembacaan tanpa teks) puisi-puisi ciptaannya.
Dari dunia pentas, nama sitok dikenal lebih luas melalui keterlibatannya dalam berbagai acara pembacaan puisi. Ia pernah mengikuti sejumlah forum pembacaan puisi internasional, seperti Indische Festival (Rotterdam Internasional Poetry Reading, 1995), Winternachten Festival (1995, 1997, dan 2000), Sydney Internasional Arts Festival (2002), Adelaide Festival (2002), Crossing the Sea di kepulauan Karibia (2003), International Literary Festival Suriname (2004), dan Word Storm Festival di Northen Teritory (2005),
Saat ini, Sitok Srengenge menjabat sebagai Direktur Utan Kayu International Biennalle. Ia juga bekerja sebagai kurator program sastra dan teater dan redaktur jurnal kebudayaan Kalam.
B.Riwayat Kepengarangan
Dalam khazanah sastra Indonesia, nama Sitok Srengenge mulai dikenal ketika ia menerbitkan sebuah buku kumpulan puisi pertamanya yang berjudul Persetubuhan Liar (1992). Melalui buku itu pula, kredoestetik ala Sitok Srengenge pun mulai dikenal. Oleh krassin Himmirsky, kredo tersebut di terangai sebagai upaya untuk memasukkan kebenaran hidup, menghentakkan kedinamisan, kebijaksanaan, dan kecintaannya, kepada kemanusiaan.
Dalam proses kreatif kepengarangannya, salah satu ciri khas Sitok adalah penggunaan bentuk tutur yang serupa bentuk puisi Melayu tradisional untuk mengkreasikan idiom-idiom unik yang bernuansa kekinian. Konsep puisi inilah yang kemudian dikenal sebagai ciri khas puisi Sitok. Pada dasarnya, konsep tersebut dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk pencapaian dari upaya untuk menyatukan imaji kepenyairannya dalam sebuah cerita yang teradopsi dari irama tutur puisi-puisi melayu.
Ciri ini dapat ditemukan dalam antologi puisinya yang berjudul Nonsens (2000). Dari segi tema, ke-35 puisi yang termuat dalam antologi ini dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu mitos sejarah, cerita tentang kenangan luar negeri, dan kisah kehidupan pribadi si penyair.
Dalam proses kreatif kepengarangan sitok, mitos tentang tanah leluhur muncul sebagai cerminan terhadap fenomena perkembangan zaman yang terjadi di sekelilingnya. Hal tersebut dapat di temukan dalam puisinya yang berjudul “Libido Sangkuriang”. Puisi yang mengangkat kisah percintaan Dayang Sumbi dan Sangkuriang ini merupakan bagian dari Refleksi Sitok tentang gambaran kemajuan peradaban manusia. Adapun dalam “Solo Heresio”, sitok memperlakukan sejarah sebagai objek imaji. Hal yang sama juga terdapat dalam puisi lainnya yang berjudul “Promotheus.”
Sitok juga kerap mengangkat tema dari kehidupan pribadinya. Hal itu dilakukannya sebagai tanggapan atas peristiwa kemanusiaan secara universal. Kenangan tentang masalalu Sitok selama tinggal di desa di tumpahkannya dalam sebuah puisi berjudul “Elegi Dorolegi”. Sitok mengatakan puisi ini sebagai “tanggapan tentang kekuatan akbar yang berjalan diluar nalar” yang kemudian berkuasa atas kehidupan manusia. Sementara itu, sitok menjadikan sejumlah puisinya yang mengambil setting luar negeri, seperti “Zeedijk”, “Frankrijk”, dan “Jalan simpang, Utrecht”, sebagai bentuk tanggapan indrawinya terhadap segala peristiwa dan keadaan yang terjadi di sepanjang perjalanan hidupnya. Meskipun demikian, keberadaan puisi tutur karya Sitok terletak pada kekuatan cerita tutur yang di olahnya menjadi sebuah konsep pengucapan estetik baru.
Berikut ini adalah beberapa buku kumpulan puisi karya Sitok Srengenge yang pernah di terbitkan.
· Persetubuhan Liar (1992)
· Kelenjar Bekisar Jantan (2000)
· Anak Jadah (2000)
· Nonsens (2000)
· Ambrosia (2005)
· On Nothing, Selected Poems (2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar