Guru
yang dicintai anak didiknya adalah menyenangi aktifitasnya dalam mengajar. Rasa
senang yang dimiliki oleh seorang guru dalam mengajar terpancar dalam
semangatnya ketika menjalani proses belajar mengajar ini. Jika seorang guru
mengajar dengan semangat yang tulus dan memancar dari jiwanya, sudah tentu hal
ini akan membuat anak didik akan terbawa dalam semangatnya yang menyala.
Disamping menyebarkan
semangat dalam menjalani proses belajar mengajar, seorang guru yang menyenangi
aktititasnya dalam mengajar tentu akan senantiasa tampil atau hadir di
tengah-tengah anak didik dengan menyenangkan. Guru yang deimikian akan tampak
sekali dari caranya berjalan, berbicara, bahkan hanya dari sekedar raut
wajahnya. Anak didik yang menhadapi guru yang tampil dengan menyenangkan
seperti ini secara otomatis akan terpengaruh dalam suasana yang menyenangkan
pula.
Sungguh, inilah manfaat luar
biasa dari seorang guru yang menyenangi aktivitasnya dalam mengajar, yakni
membuat anak didik bersemangat dan senang dalam mengikuti jalnnya belajar
mengajar. Tanpa semangat dan rasa senang, proses belajar mengajar akan berjalan
dengan menjemukan dan sulit sekali mencapai keberhasilan.
Oleh Karen itu seorang guru
harus menyenangi aktivitasnya dalam mengajar, bila tidk, jangan kan bagi anak
dvdiknya bagi diri sang guru juga menjadi berat dan akhirnya menjemukan
menjalni profesi mula ini, lalu apakah ada seorang guru yang tidak menyenangi
aktivitasnya dalam mengajar? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya kita
menelusuri kembali tiga tipe seorang guru sebagai berikut.
Pertama, seorang guru yang
benar-benar bercita-cita ingin menjadi guru. Orang yang demikian biasanya
mempunyai keinginan yang kuat atau bercita-cita untuk menjadi guru semenjak
muda. Hal ini bisa menjadi karena ia dibesarkan dalam keluarga seorang guru
entah ayah atau ibunya adalah seorang guru. Atau bisa jadi ia telah mempunyai
pandangan bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang mulia dan menyenangkan.
Orang yang sejak semula
bercita-cita ingnin menjadi guru ini biasanya menempuh pendidikan yang
berkonsentrasi pada ilmu keguruan dan pendidikan. Setelah lulus bergegaslah ia
menjadi guru. Sungguh menjadi guru adalah pekerjaan mulia dan menyenangkan
baginya. Bila sudah begini, ia tak lagi berpikir apakah ia menjadi guru
berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau bukan. Baginya yang penting adalah
menjadi guru. Bila kemudian ia juga mendaftar untuk menjadi guru yang berstatus
PNS, sungguh ini bukanlah hal yang utama, maka bila tidak atau belum menjadi
PNS, hal ini tidak mengurangi semangat dan kecintaannya menjadi guru.
Kedua, menjadi guru karena
pekerjaan. Orang yang demikian menjadi guru karena tuntutan bahwa ia harus
mempunyai pekerjaan. Ya, setiap orang membutuhkan pekerjaan agar mendapatkan
nafkah guna membangun kehidupan yang lebih baik secara ekonomi. Nah guru
termasuk pekerjaan pekerjaan yang bisa diandalkan untuk mendapatkan
penghasilan, terutama menjadi guru PNS, bagi banyak orang, PNS adalah pekerjaan
yang sangat menjanjikan. Apalagi, ada pension untuk kehidupan di hari tua.
Demikian pula menjadi guru
yang berstatus PNS, puluhan ribu orang pda tiap tahun mendaftarka diri untuk
menjadi guru yang mendapatkan gaji dari pemerintah ini. Dalam melaksanakan
pekerjaannya ada yang bertanggung jawab dan professional dalam pekerjaannya
menjadi guru dan ada pula yang hanya sebatas menggugurkan kewajiban
menganjar tanpa ada rasa cinta yang
besar terdapat pekerjaannya.
Ketiga, terpakasa menjadi
guru. Orang yang demikian menjadi guru berangkat dari keterpaksaan semata.
Apakah ada orang yang menjadi guru karena terpaksa? Meskipun jumlahnya tidak
banyak, guru yang semacam ini juga ada. Setidaknya, terpaksa disebabkan oleh
dua hal. Ada yang terpaksa karena membutuhkan pekerjaan. Orang yang terpaksa
karena membutuhkan pekerjaan ini sudah
mendaftar keberbagai instansi pemerintah untuk menjadi pegawai negeri. Namun
nasib belum berpihak kepadanya. Selalu saja gagal dan tidak diterima. Sedangkan
untuk menjadi guru, sebenarnya tidak menginginkannya. Namun, karena membutuhkan
pekerjaan, akhirnya ia mendafatar juga PNS pada pekerjaan menjadi guru.
Anehnya, ia lolos dan diterima. Jadilah ia seorang guru dengan terpaksa.
Ada juga yang terpaksa menjadi guru karena tuntutan dari
orang tua yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Sebenarnya, ia tidak
mempunyai keinginan untuk menjadi guru. Namun orangtuanya dengan berbagai
pertimbangan dan alas an tetap memaksanya untuk menjadi guru. Sedangkan sang
anak sama sekali tak mempunyai keberanian untuk mengutarakan keinginan yang
sebenarnya kepada orang tuanya. Maka, jadilah ia guru karena terpaksa.
Demikianlah tentang tipe
orang yang menjadi guru dan sanat terkait dengan apakah ia akan menyenagi
aktivitas mengajar atau sebatas menajalankan tuntutan pekerjaan. Sudah tentu
tipe yang terbaik adalah tipe yang pertama, yakni orang yang sejak semula
mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi guru. Namun guru yang masuk dalam
tipe yang kedua dan ketiga bukan berarti tidak baik. Cara berpikirnya tidak
hitam putih seperti ini. Sebab, tidak sedikit orang yang pada awalnya menjadi
guru karena pekrjaan atau bahkan karena terpaksa seiring dengan berjalannya
waktu menjadi menyenangkangi aktivitasnya dalam mengajar.
Bagaimana bisa orang orang
yang semula tidak berminat menjadi guru, namun setelah menjadv guru menjadi
senang dengan aktitasnya mengajar? Hal ini bisa terjadi karena yang dihadapi
dalam proses belajar bukanlah benda mati, melainkan makhluk hidupyang bernama
anak didik. Sungguh, anak didik adalah anak manuasi yangsedang mengalami proses
tumbuh dan berkembang. Dalam setiap tahap tumbuh dan berkembangnya, ada hal
yang menarik untuk diperhatikan.
Palagi masa anak-anak dan
remaja adalah masa-masa yang penuh dengan keringanan yang menyenangkan. Inilah
salah satu faktor yang bisa membuat seorang guru semakin menyenangi aktivitas
dalam mengajar. Atau bahkan seorang guru yang pada awalnya tidak berminat untuk
menjadi guru kemudian menyenangi aktivitas dalam mengajar.
Oleh
karena itu, apapun penyebanya dan motivasi seseorang untuk menjadi guru pada
awalnya, seiring dengan berjalannya waktu, hendaknya menyenagi aktitasnya dalam
mengajar. Bila tidak sungguh menjadali pekerjaan apapun bila tak dibarengi
dengan rasa senang dari dalam hati akan terasa capek dan membosaknkan. Sudah
barang tentu, seorang guru tidak ingin berlama-lama capek dan membosankan dalam
menjalani aktitas mengajar. Maka rasa cinta itu perlu dibangun dengan baik. Hal
ini harus dilakukan bila ingin menjadi guru yang dicintai oleh anak didik
sehingga sukses dalam mengelola proses belajar mengajar.*
Dikutip dari buku “Menjadi guru favorit” Akhmd MA.
Hl.123.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar