Senin, 02 November 2015

Menyenangi Aktifitas Mengajar

Guru yang dicintai anak didiknya adalah menyenangi aktifitasnya dalam mengajar. Rasa senang yang dimiliki oleh seorang guru dalam mengajar terpancar dalam semangatnya ketika menjalani proses belajar mengajar ini. Jika seorang guru mengajar dengan semangat yang tulus dan memancar dari jiwanya, sudah tentu hal ini akan membuat anak didik akan terbawa dalam semangatnya yang menyala.
Disamping menyebarkan semangat dalam menjalani proses belajar mengajar, seorang guru yang menyenangi aktititasnya dalam mengajar tentu akan senantiasa tampil atau hadir di tengah-tengah anak didik dengan menyenangkan. Guru yang deimikian akan tampak sekali dari caranya berjalan, berbicara, bahkan hanya dari sekedar raut wajahnya. Anak didik yang menhadapi guru yang tampil dengan menyenangkan seperti ini secara otomatis akan terpengaruh dalam suasana yang menyenangkan pula.
Sungguh, inilah manfaat luar biasa dari seorang guru yang menyenangi aktivitasnya dalam mengajar, yakni membuat anak didik bersemangat dan senang dalam mengikuti jalnnya belajar mengajar. Tanpa semangat dan rasa senang, proses belajar mengajar akan berjalan dengan menjemukan dan sulit sekali mencapai keberhasilan.
Oleh Karen itu seorang guru harus menyenangi aktivitasnya dalam mengajar, bila tidk, jangan kan bagi anak dvdiknya bagi diri sang guru juga menjadi berat dan akhirnya menjemukan menjalni profesi mula ini, lalu apakah ada seorang guru yang tidak menyenangi aktivitasnya dalam mengajar? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya kita menelusuri kembali tiga tipe seorang guru sebagai berikut.
Pertama, seorang guru yang benar-benar bercita-cita ingin menjadi guru. Orang yang demikian biasanya mempunyai keinginan yang kuat atau bercita-cita untuk menjadi guru semenjak muda. Hal ini bisa menjadi karena ia dibesarkan dalam keluarga seorang guru entah ayah atau ibunya adalah seorang guru. Atau bisa jadi ia telah mempunyai pandangan bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang mulia dan menyenangkan.
Orang yang sejak semula bercita-cita ingnin menjadi guru ini biasanya menempuh pendidikan yang berkonsentrasi pada ilmu keguruan dan pendidikan. Setelah lulus bergegaslah ia menjadi guru. Sungguh menjadi guru adalah pekerjaan mulia dan menyenangkan baginya. Bila sudah begini, ia tak lagi berpikir apakah ia menjadi guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau bukan. Baginya yang penting adalah menjadi guru. Bila kemudian ia juga mendaftar untuk menjadi guru yang berstatus PNS, sungguh ini bukanlah hal yang utama, maka bila tidak atau belum menjadi PNS, hal ini tidak mengurangi semangat dan kecintaannya menjadi guru.
Kedua, menjadi guru karena pekerjaan. Orang yang demikian menjadi guru karena tuntutan bahwa ia harus mempunyai pekerjaan. Ya, setiap orang membutuhkan pekerjaan agar mendapatkan nafkah guna membangun kehidupan yang lebih baik secara ekonomi. Nah guru termasuk pekerjaan pekerjaan yang bisa diandalkan untuk mendapatkan penghasilan, terutama menjadi guru PNS, bagi banyak orang, PNS adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan. Apalagi, ada pension untuk kehidupan di hari tua.
Demikian pula menjadi guru yang berstatus PNS, puluhan ribu orang pda tiap tahun mendaftarka diri untuk menjadi guru yang mendapatkan gaji dari pemerintah ini. Dalam melaksanakan pekerjaannya ada yang bertanggung jawab dan professional dalam pekerjaannya menjadi guru dan ada pula yang hanya sebatas menggugurkan kewajiban menganjar  tanpa ada rasa cinta yang besar terdapat pekerjaannya.
Ketiga, terpakasa menjadi guru. Orang yang demikian menjadi guru berangkat dari keterpaksaan semata. Apakah ada orang yang menjadi guru karena terpaksa? Meskipun jumlahnya tidak banyak, guru yang semacam ini juga ada. Setidaknya, terpaksa disebabkan oleh dua hal. Ada yang terpaksa karena membutuhkan pekerjaan. Orang yang terpaksa karena membutuhkan pekerjaan ini  sudah mendaftar keberbagai instansi pemerintah untuk menjadi pegawai negeri. Namun nasib belum berpihak kepadanya. Selalu saja gagal dan tidak diterima. Sedangkan untuk menjadi guru, sebenarnya tidak menginginkannya. Namun, karena membutuhkan pekerjaan, akhirnya ia mendafatar juga PNS pada pekerjaan menjadi guru. Anehnya, ia lolos dan diterima. Jadilah ia seorang guru dengan terpaksa.
Ada juga yang  terpaksa menjadi guru karena tuntutan dari orang tua yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Sebenarnya, ia tidak mempunyai keinginan untuk menjadi guru. Namun orangtuanya dengan berbagai pertimbangan dan alas an tetap memaksanya untuk menjadi guru. Sedangkan sang anak sama sekali tak mempunyai keberanian untuk mengutarakan keinginan yang sebenarnya kepada orang tuanya. Maka, jadilah ia guru karena terpaksa.
Demikianlah tentang tipe orang yang menjadi guru dan sanat terkait dengan apakah ia akan menyenagi aktivitas mengajar atau sebatas menajalankan tuntutan pekerjaan. Sudah tentu tipe yang terbaik adalah tipe yang pertama, yakni orang yang sejak semula mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi guru. Namun guru yang masuk dalam tipe yang kedua dan ketiga bukan berarti tidak baik. Cara berpikirnya tidak hitam putih seperti ini. Sebab, tidak sedikit orang yang pada awalnya menjadi guru karena pekrjaan atau bahkan karena terpaksa seiring dengan berjalannya waktu menjadi menyenangkangi aktivitasnya dalam mengajar.
Bagaimana bisa orang orang yang semula tidak berminat menjadi guru, namun setelah menjadv guru menjadi senang dengan aktitasnya mengajar? Hal ini bisa terjadi karena yang dihadapi dalam proses belajar bukanlah benda mati, melainkan makhluk hidupyang bernama anak didik. Sungguh, anak didik adalah anak manuasi yangsedang mengalami proses tumbuh dan berkembang. Dalam setiap tahap tumbuh dan berkembangnya, ada hal yang menarik untuk diperhatikan.
Palagi masa anak-anak dan remaja adalah masa-masa yang penuh dengan keringanan yang menyenangkan. Inilah salah satu faktor yang bisa membuat seorang guru semakin menyenangi aktivitas dalam mengajar. Atau bahkan seorang guru yang pada awalnya tidak berminat untuk menjadi guru kemudian menyenangi aktivitas dalam mengajar.
Oleh karena itu, apapun penyebanya dan motivasi seseorang untuk menjadi guru pada awalnya, seiring dengan berjalannya waktu, hendaknya menyenagi aktitasnya dalam mengajar. Bila tidak sungguh menjadali pekerjaan apapun bila tak dibarengi dengan rasa senang dari dalam hati akan terasa capek dan membosaknkan. Sudah barang tentu, seorang guru tidak ingin berlama-lama capek dan membosankan dalam menjalani aktitas mengajar. Maka rasa cinta itu perlu dibangun dengan baik. Hal ini harus dilakukan bila ingin menjadi guru yang dicintai oleh anak didik sehingga sukses dalam mengelola proses belajar mengajar.* 
Dikutip  dari buku “Menjadi guru favorit” Akhmd MA. Hl.123.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar