Selasa, 24 November 2015

MAKNA KEPAHLAWANAN Menurut Pandangan Islam

Allah swt berfirman, “hay Nabi, korbankanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu daripada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al-Anfal: 65)
Islam adalah agama yang fleksibel, dinamis, santun dan penuh dengan nilai-nilai moralitas secra historis, islam lahir sebagai penyatu, penengah yang memadukan berbagai perbedaan, baik etnitas, budaya, dan kearifan local. Ukuran yang dipakai oleh islam dalam memandang kedudukan manusia bukan berdasarkan kekayaan, jabatan atau keturunan, namun ketakwaan dan akhlahk kharimah yang menjadi timbangan.
Allah swt berfirman, “Sesungguhnya yang paling dekat disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa diatara kalian. “ (QS. Al-Hujurat: 13)
Pahlawan, sebuah kata yang popular dan memiliki makna yang dalam. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pahalwan berarti seseorang yang berjuang dengan segenap pengorbanan, baik materi, tenaga, bahkan nyawa demi membela tanah air bangsa.
Dari pengertian tersebut, Nampak sesungguhnya seorang pahlawan adalah sosok yang memiliki intergritas tinggi, loyalitas tanpa batas, dan pengabdian tidak terbatas bagi bangsa dan Negara. Mereka adalah pribadi-pribadi yang pantang menyerah, senantiasa melihat kedepan, berdedikasi tinggi , dan selalu optimis dalam segala hal.
Islam sebagai agama yang menghargai prestasi, pengorbanan dan pengabdian memandang, bahwa siapapun yang bermanfaat dan berkontribusi kepada sesamanya, maka pribadi tersebut pantas disebut sebagai pahlawan atau  sebaik-baiknya manusia. Nabi Muhammad saw bersabda, “Sebaik-baiknya manusia diantara kalian adalah yang bermanfaat bagi manusia.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Seorang pahlawan ialah mereka yang mampu menempatkan diri pada tempatnya, tidak menzolimi orang lain, bersikap adil dalam setiap tindakannya, dan mampu untuk objektif melihat sesuatu, serta bisa menahan gejolak emosi, karena orang kuat adalah pribadi yang kuat membendung kemarahannya ketika ia marah. Nabi Saw bersabda, “Orang yang kuat bukanlah serorang yang menang dalam pergulatan, tetapi manusia yang kuat adalah siapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika ia marah.” (HR. Bukhori)
Jika berkaca pada sejarah kepahlawanan dalam islam, tidak akan menemukan figure-figur luar biasa yang memang pantas disebut sebagai pahlawan sejati. Nabi saw adalah sosok utama yang layak meyandang predikat tersebut, maka tidak berlebihan jika salah seorang sejarawan barat M. Heart memilih Muhammad sebagai orang paling berpengaruh didunia.
Allah swt berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat ) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”  (QS. Alh-Ahzab.:21)
Allah swt sangat menghargai mereka yang rela berkorban dengan harta dan nyawa mereka, untuk kepentingan Negara dengan agama, sehingga Allah menjanjikan surga sebagai balasan pengorbanan mereka. “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu dijakan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baiik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. At-Taubah: 41)
Perlu diketahui, sesungguhnya kepahalawanan tidak identik dengan mereka yang mempertaruhkan jiwanya dalam medan perang, tetapi ia lebih luas dari itu. Bahkan kita mendengar sebuah istilah, “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.” Ungkapan tersebut adalah benar adanya, terlebih lagi dalam perspektif islam yang memandang kepahlawanan sebagai sebuah nilai pengorbanan dan keteguhhan jiwa demi kepentingan orang lain.
Untuk menjadi pahlawan sejati sebagai mana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, kita membutuhkan apa yang dinamakan dengan kesabaran, sebab tanpanya mustahil manusia mampu meraih hakekat kepahlawan. Allah swt berfirman,” Hay Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu daripada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. “ (QS. Al-Anfal:65)
Sabar adalah penentu kemenangan bagi seorang pahlawan, ia bagaikan segalas jamu yang terasa pahit, tetapi justru dengan kepahitan itu akan menghasilkan kesembuhan yang rasanya lebih manis daripada madu. Kesabaran ibarat wanita yang melahirkan sifat lainnya. Dari kesabaranlah lahir sifat santun. Lalu berturut-turut lahir kesungguhan, kesinambungan dalam bekerja, dan yang mungkin sangat penting adalah ketenangan.
Namun, kesabaran itu pahit, semua kita tahu begitulah rasanya kesabaran itu. Dan begitulah suatu saat Rasulullah saw mengatakan kepada seorang wanita yang sedang menagisi anaknya, “Sesungguhnya kesabaran itu pada benturan pertama.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Jadi, pahitnya dari kesabaram itu hanya permulaannya, sebab kesabaran pada benturan pertama menciptakan kekebalan pada benturan selanjutnya. Mereka yang memiliki naluri kepahlawanan dan keberanian harus mengambil saham terbesar dari kesabaran. Mereka harus sabar dalam segala hal. Ketaatan, meninggalkan maksiat, atau menghadapi cobaan, dan dengan kesabaran tinggi.
Jadi, kepahlawanan dalam islam tidak didasarkan hanya pada keberanian seorang untuk berperang, namun lebih dari itu. Pahlawan adalah mereka yang bersungguh-sungguh berbuat dan bertindak demi kemaslahatan manusia, agama dan Negara, sesuatu yang sederhana dikerjakan tetapi dapat dirasakan manfaatnya oleh orang yang banyak. Dan, kepahalwanan harus diikuti dengn moralitas dan kesabaran yang tinggi(*)
Dikutip dari majalah Yatim Mandiri Edisi November 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar