Selasa, 24 November 2015

TEMAN SEJATI

Dalam aktivitas keseharian kita sering pilih-pilih dalam bergaul. Terkadang kita mudah tersinggung bahkan kita memecahkan dan membubarkan persahabatan atau ikatan silaturahmi karena teman kita memiliki kesalahan yang tak begitu berarti. Karena merasa sakit lantas tak ingin pernah bersahabat lagi, malahan menjadi musuh. Bukan hanya itu, terkadang manusia selalu membeda-bedakan orang kaya dengan orang miskin, atasan dengan bawahan. Benarlah saat kita berada diatas tak menyadari kita telah sombong, saat membawa mobil mewah misalnya memijit klakson dengan cara mengagetkan, mencipratkan genagan air dijalan yang becek pada kendaraan yang lebih kecil dari kita. Naudzubillah. Saat kita menjadi atasan, mentang-mentang dengan gampag menyrutuh ini itu kepada bawahan tanpa menghargai atau seenaknya saja, padahal sama saja setiap orang membutuhkan penghargaan atau minimal memiliki sikap yang santun terhadap siapapun tak memandang bulu. Karena jabatan ataupun harta benda itu hanyalah fatamorgana. Karena sewaktu-waktu pasti akan berubah. Perubahan itu bisa berasal dari bawah naik ke atas atau sebaliknya dari atas mutar ke bawah. Istilah pepatah hidup bagaikan roda yang terus berputar.  Tetapi akhir dari semua itu adalah bila kita mati. Semua yang kita miliki  tak akan terbawa. Entah itu orang-orang terdekat kita yang sangat akrab setiap hari, harta yang melihmpah, bahkan keluarga yang kita bangga-banggakan tak menemani saat kita meninggal. Maka hanya amallah yang menjadi teman sejati di akhirat kelak.
Untuk apa kita sibuk membanggakan diri, membanggakan harta dan jabatan. Sibuk dengan keluarga tercinta. Memang kata Rasulullah hanya tiga perkara yang takkan terputus meski telah meninggal dunia yakni ilmu yang bermanfaat, doa anak yang soleh dan sedekah amal jariyah. Inilah pelajaran berharga semua berpusat pada saat nanti kita mati. Berapa banyak bekal berupa amal sahalih yang kita kumpulkan. Hendaknya kita memiliki jawaban untuk apa dan apa saja yang kita lakukan semasa hidupnya. Ingatlah itu saudaraku.
Maka janganlah menyibukkan diri dalam mempertahankan yang sifatnya keduniaan. Karena dunia hanyalah sementara tempat kita singgah. Semoga saja kita sesali ingat akan pelajaran berharga ini. Bagaimana bila kita maati tidak mempunyai amal yang cukup. Bagaimana bila saat kita mati masih mempunyai rasa benci dan sombong pada orang lain. Maka berikanlah yang terbaik dalam kesempatan hidup kita. Karena siapakah yang akan menolong kita selain amal diri kita sendiri.*
 An-Nahl

Tidak ada komentar:

Posting Komentar