Kamis, 23 April 2015

Dilema Kerja

Didunia ini masih banyak orang mengeluh dalam pekerjaannya, baik dari pekerjaan yang lefel rendah maupun atas. Rasanya tak pernah berhenti untuk terus mengeluh dan menginginkan kemudahan diposisi pekerjaannya. Padahal didunia ini masih banyak yang lelah mencari pekerjaan, sampai-sampai putus asa dan bunuh diri.
Pada umumnya posisi pekerjaan atau kedudukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang. Karena selain menyandang titel mereka juga memiliki pembekalan dan pengalaman setidaknya secara akademik atau teori sudah mahir. Maka dari itu orang yang berpendidikan memiliki pola pikir yang lebih baik dibandingkan yang tidak sekolah. Namun itu bukan jaminan, karena sangat banya orang yang tidak sekolah atau tidak berpendidikan atau drop out dari sekolah menjadi sangat sukses dibidang yang mereka geluti. Misalkan dibidang bisnis, pertanian dan usaha-usaha lainnya.
Maka siapapun diri kita tentunya harus terus berpikir positif, mensyukuri posisi yang kita duduki, bekerja dengan ikhlas dan cerdas. Selalu siap untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas atau etos kerja kita sehingga perubahan yang kita inginkan tercapai.
Bekerja pada umumnya terlihat dari posisi atau jabatan yang diemban. misalnya sebagai manajer, direkatur, sales, buruh, pedagang dan lain-lain. Itu semua sangat jelas terlihat dan sifatnya duniawi untuk memenuhi kebutuhan rohani dan akhirnyapun terlihat misalnya mendapat gaji sekian, mendapat ruangan atau kursi tertentu. Namu ketahuilah bahwa bekerja bukan hanya mencari uang tetapi bergantung pada niatnya.
Misalkan kita sebagai seorang muslim ada pekerjaan yang tak terlihat misalnya rajin beribadah sahalat malam, puasa, bersedekah, zakat dan amalan-amalan sunah lainnya yang sifatnya ukhrowi atau gajinya langsung diberikan oleh Allah swt baik untuk dunia maupun diakhirat nanti.
Allah swt. menjelaskan bahwa sangat beragam manusia dalam bekerja dan semua itu adalah rahmat Allah. Karena andai semua orang pekerjaannya sama maka tak akan seimbang. Katakanlah misalnya kita bekerja sebagai direktur semua, maka siapa yang akan bekerja sebagai sekretaris, sebagai karyawan, sebagai pengurus taman, sebagai office boy dan pekerja lainnya. Atau andaikan didunia ini penduduknya kaya semua maka tak akan ada orang yang mau bekerja keras untuk mencari uang karena sudah kaya semua.
Memang peluang kerja atau lapangan kerja di Indonesia sangat minim dan lebih banyak pengangguran, meskipun pemerintah sering gembar-gembor untuk menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan. Namun sampai saat ini masih banyak pengangguran di negeri tercinta ini, masih banyak penduduknya yang miskin dan pengidap penyakit gizi buruk.
Akibatnya banyak orang yang putus asa. Bertindak kriminalitas, anarkis, dan terjadi perampokan dan sebagainya. Itulah salah satu dampa pengangguran dan kesempitan ekonomi rakyat. Seringlah kita dengar berita dimedia massa bahwa warga Indonesia mencari pekerjaan sampai keluar negeri khusunya kaum perempuan. Dan mirisnya bekerja jauh-jauh hanya ingin menjadi asisten rumah tangga atau pembantu rumah tangga.
Kenapa warga kita mau memburu hal tersebut, berlomba-lomba dan berbondong-bondong melamar kerja sebagai asisten rumah tangga? Karena sebagaimana kita ketahui gaji atau honor diluar negeri sana cukup besar daripada di negeri kita tercinta sendiri. Dan yang pasti lowongan pekerjaan lebih besar volumenya sekali lagi daripada di negeri tercinta ini. Kejadian demi kejadian yang menimpa warga Indonesia yang bekerja diluar sana sering mengalami penyiksaan, pembunuhan bahkan penjualan manusia masih kerap terjadi. Perlindungan dan hak asasi manusia tak penah terjamah oleh mereka. Karena hanya bisa meratapi kesedihan dan penyesalan serta penderitaan saat kejadian keji menimpa keluarga mereka. Entah sampai kapan hal itu berlangsung, semoga Indonesia bisa belajar dari kesalahan.
Penguasa dan yang punya banyak uang, itulah yang berkuasa. Para pejabat khusunya yang memililiki hati busuk, menindas rakyat, mementingkan pribadi, keluarga dan kelompoknya sendiri. Korupsi merajalela, membuat carut marut Negara ini semakin sempurna. Kesadaran untuk empati, simpati dan budaya gotong royong atau saling membantu telah ditiggalkan.
Maka dipastikan saat ini bukan hanya krisis bahan bakar minyak (BBM), namun krisis moralpun kerap menjadi virus budaya buruk indonesia. Sifat individualisme menjadi gaya hidup yang terus merayap. Yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin.
Salah satu alternatif peluang kerja adalah usaha kreatif, berwirausaha. Namun hal itu berlaku bagi orang-orang yang ada kemauan untuk bekerja keras dan mau belajar pantang menyerah dan terus berpikir kreatif. Sedangkan orang yang terus meratapi ketidak punyaannya semakin terpuruk. Padahal selama kita masih punya tangan yang bergerak, kaki yang berjalan dan tentunya masih mempunyai nafas untuk hidup maka tak ada yang terlambat. Semua orang memiliki hak yang sama, memiliki waktu 24 jam. Untuk meraih kesuksesan dan memiliki pekerjaan yang layak dan enak.
Tumbuhnya motivasi dan gairah hidup itulah yang perlu ditanama dalam dada kita. Allah selalu akan memberi jalan dan petunjuk bagi hambanya. Dan Allah maha tahu segala kebutuhan dan apa yang terbaik bagi manusia sebagai hamba Allah swt.
Duhai engkau, saya, kita dan mereka yang saat ini pekerjaannya cemerlang bersyukurlah, yang memiliki kedudukan tinggi syukurilah hendaklah mau berbagi pada yang susah.
Jauhkan sifat arogan. Karena jabatan dan kedudukan pasti ada batasnya apa lagi umur kita yang sudah ditentukan atau dijatah oleh Allah swt. dan bagi yang belum memiliki pekerjaan atau masih menjadi pekerja biasa bersyukurlah dan tetap optimis, selalu berdoa dan tabah, karena kejayaan atau kejatuhan semata-mata hanyalah karunia atau ujian dari Allah swt.
Sebuah pandangan pribadi.
Bagaimana menurut anda? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar