Kamis, 23 April 2015

Hedonisme

TANTANGAN lain umat masa depan ialah hedonisme. Hedonisme semula menjadi sebuah aliran di dalam filsafat yunani kemudian berkembang menjadi sebuah istilah di dalam masyarakat modern yang di fahami sebagai puncak kebahagiaan hidup manakala seseorang mempersiapkan sarana-sarana kebahagiaan dan  melanggengkan kebahagiaan itu selama mungkin. Disamping itu, orang juga harus berusaha memproteksi segala sesuatu yang  bisa mengganggu kebahagiaan yang dicapainya. Hedonisme bagian dari pola hidup fragmatisme karena definisi kebahagiaan yang dicarinya dititik beratkan kepada kesenangan jasmani. Bahkan hedonisme juga seringkali di warnai oleh gaya hidup individualisme karena cenderung tidak memedulikan kehidupan sosial, yang penting diri dan keluarganya merasakan kebahagiaan.
Gaya hidup hedonisme selalu menghadirkan hal-hal yang bersifat kesenangan (fun), misalnya rumah yang dilengkapi berbagai macam sarana hiburan dan kesenangan, seperti taman luas dan indah, di lengkapi dengan kolam renang, home theatre, kichen set maksimum, multimedia, dan koleksi-koleksi seni. Mobil-mobil multi fungsi dan masing-masing di lengkapi dengan berbagai macam asesoris yang multi-fun. Lingkungan tempat tinggalnya bukan hanya di kelilingi tembok tinggi untuk menjaga prifacy tetapi juga system security lingkungan huniannya di atur sedemikian rupa, bagaimana sebuah istana.
Gaya hidup keluarga dan time schedule mingguan, bulanan, tahunan, dan lima tahunan diatur sedemikian rupa; mulai jadwal olahraga, rekreaksi, fakansi, dan kalender lifestyle lainnya. Mereka merancang hidupnya seolah-olah tidak boleh ada celah sedikit pun untuk datangnya sebuah kesedihan dan kesensaraan. Untuk menutupicost yang tentu tidak sedikit itu maka mereka memporsir dirinya untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Cara dan sumber perolehannya tidak lebih penting dari pada tujuan penggunaannya sehingga orang-orang yang berpola hidup hedonisme cenderung a social.
Sebetulnya pola hidup hedonism adalah hak setiap orang dan sesungguhnya sah-sah saja sepanjang itu tidak menimbulkan efek sosial yang negative  dan destruktif. Namun dalam kenyataan, pola hidup hedonisme cenderung selalu ada unsure demonstrative, yaitu memamerkan dan mempernontonkan ekslusifismekehidupan di tengah kehidupan masyarakat yang memperhatinkan. Akibatnya, masyarakat kelas bawah yang jumlahnya mayoritas tidak bisa dibendung kebencian dan keirihatinya terhadap segelintir orang ekslusiftersebut. Akibatnya lebih jauh, kecemburuan sosial semakin menggejela, dan rasa frustasi masyarakat semakin berkembang.
Dari sudut pandang agama, mendemonstrasikan kemewahan lifestyle di tengah para fuqara dan masakn sesuatu  yang tercela. Di dalam al-Qur’an ada sebuah surah yang mencela orang-orang seperti ini, yaitu Q.S. al-Ma’un: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mengajurkan memberi makan orang miskn. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat ria, dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (Q.S. al-Ma’un/107:1-7).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar