Kamis, 23 April 2015

Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, atau bisa dikatakan sebagai harga, angka, kepandaian, radar, mutu, sifat-sifat penting atau berguna bagi manusia. Sedangkan bernilai artinya mempunyai nilai, bermutu, berharga.

Dalam hal ini penulis akan membahas nilai terhadap Sesuatu. Bahwa bila sesuatu itu memiliki nilai atau berharga maka akan dicari banyak orang. Tak bisa dipengaruhi atau berubah nila atau sifatnya. Misalkan nilai uang sebesar seratus ribu rupiah. Bila uang tersebut kita injak-injak, kita remas, tetapi toh uang tersebut tidak berubah nilainya masih seharga seratus ribu. Contoh lain emas kita lemparkan ke tempat yang kotor atau ke got. Apakah emas itu berubah nama, atau apakah harganya berubah, tentu tidak. Karena emas sangat bernilai. Satu lagi, jika kita membeli tape biasa, harganya sangat murah, tetapi jika kita beli tape bandung maka harganya lumayan mahal karena telah memiliki  nama yang mempunyai rasa enak dan terkenal kualitasnya. Begitulah kira-kira gambaran sebuah nilai.

Dimanapun sesuatu bila bernilai maka banyak orang mencarinya, menghargainya berapapun. Misalkan padi, padi atau beras adalah bahan pokok untuk makan manusia khusunya di Indonesia. Dimanapun adanya padi kita akan mencari dan menghargainya membelinya berapapun harganya karena sangat berhara dan bernilai.

Serendah-rendahnya orang pasti memiliki nila tersendiri, namun setiap orang hendaknya mempunyai pilihan mana yang memiliki nilai biasa dan sangat bernilai. Dan pertanyaannya adalah kita ingin menjadi seperti apa, apakah ingin menjadi biasa atau luar biasa, menjadi orang yang memiliki nilai rendah atau nilai tinggi dan berarti. Bagaimana mungkin nilai derjaat kita tinggi sementara ibadah kita biasa-biasa saja, bagaimana mungkin hipu kita bahagia sementara kita malas bekeje,  tidak disiplin dalam menjaga waktu. Bagaimana mungkin kita ditempatkan ditempat yang mulia sementara kita sibuk mengagung-agungkan diri kita sendiri. Kita sering mengaku sayalah yang lebih baik, syalah yang paling sempurna dibandingkan yang lain. Inilah pandangan yang keliru. Merendahkan diri, dan menghardik diri sendiri memang tidak dianjurkan begitu pula bila kita mengaku-ngaku paling dan terbaik sedangkan orang lain tidak ada apa-apanya, bernilai nol dan rendah, tidak penting dan tidak berarti.   Ketika kita memandang orang kadang-kadang salah menilai. Orang yang terlihat seram namun hatinya baik sebaliknya ketika kita melihat orang yang wajahnya segar, lembut dan gagah namun hatinya busuk. Ada kata sentilan yang cukup menggelitik, “cantik bukan jaminan” kenapa timbul kata-kata seperti itu, ya karena kita selalu terbuai oleh pampilan padahal yang terpenting adalah hatinya, pribadi atau akhlaknya. Bahkan islam tidak memandang jelek atau tidaknya, tua atau muda, miskin atau kaya, pintar atau bodoh tetapi dimata Allah orang yang paling mulia adalah dilihat dari ketakwaannya.

Jadi intinya nilai ada pada tempatnya masing-masing. Yang terpenting jangan sampe kita salah menilai orang atau sesuatu. Karena saat kita menilai sesuatu baik tapi belum tentu baik, sebaliknya saat kita memandang sesuatu buruk belum tentu buruk untuk kita.

Kehidupan selalu diuji oleh ketakutan, kemiskinan, kelaparan dan cobaan lainnya. Kita sering memandang sebelah mata. Allah tidak adil, ini penilaian atau pandangan kita yang salah. Kemudian kebiasaan yang buruk yang sering kita pelihara adalah kita senang dan gemar menilai seseorang entah kejelekan enatah aIb atau sesuatu tentang orang lain, tetapi kita tak pandai menilai diri kita sendiri seperti apa. Ini dinamaka mati diri. Artinya tiada kesempatan untuk koreksi diri agar menjadi lebih baik karena selalu sibuk menilai dan mencari kesalahan orang.

Kesimpulannya kita bisa jadikan sebagai pelajaran atau hikmah bahwa nilai dalam diri kita juga mutlak untuk dimiliki agar kita menjadi orang yang berharga dan dihargai orang lain. Bisa bermanfaat bagi sesama. Dapat membantu satu sama lain. Hendaknya setiap saat kita berusaha untuk memperbaiki kualitas hidup kita. Nilai dalam diri dapat dibangun melaui proses dari keseharian kita dengan terus belajar  dari sikap, pergaulan bahkan dari etos kerja hingga meningkatkan ketaatan atau ketakwaan kita kepada Allah swt.

 Semoga kita menjadi orang yang bernilai dan berarti serta dimata Allah kita memiliki amalan yang baik hingga menjadi penopang atau bekal diakhirat nanti. Amin.
Sebuah pandangan pribadi
Bagaimana menurut anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar