Kamis, 23 April 2015

Peran Jurnalistik Pelajar (Wartawan Cilik)


Bila kita amati, jurnalistik pada lingkup pelajar sangat minim. Mungkin karena kurangnya sosialisasi, pengetahuan dasar pentingnya jurnalistik di lefel sekolah. Bisa juga karena belum mendapat perhatian dari pemerintah untuk menyentuh jurnalistik pelajar, tak seperti kegiatan pramuka yang dimasukkan dalam program kurikulum 2013 dimana pramuka wajib diikuti oleh seluruh siswa.
Walaupun status jurnalis pelajar yang lingkupnya internal sekolah dan tidak berbadan hukum atau dilatar belakangi organisasi yang sah serta memiliki dasar atau peraturan pertentu seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Aliansi Wartawan Indonesia (AWI) dan organisasi jurnalis lainnya. Namun tetap jurnalis yang ada disekolah atau wartawan cilik memiliki peran yang sangat penting baik untuk sekolah maupun keberlangsungan dan kejayaan jurnalis. Menurut penulis beberapa hal peran jurnalis pelajar diantaranya sebagai berikut:

Pertama Sebagai Organisasi
Jurnalis adalah komunitas yang perlu memiliki perkumpulan orang atau SDM yang memiliki hoby dan semangat yang sama. Memiliki tujuan atau visi misi yang sama. Oleh karenanya bila sekolah terdapat tim redaksi jurnalistik maka disinilah peran jurnalis bisa membentuk dan belajar berorganisasi. Organisasi sangat penting baik dari segi manajemen untuk mewujudkan impian bersama. Dengan adanya organisasi tersebut maka semakin mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu, organiasi dapat dijadikan sebagai pengalaman dan pengembangan diri Siswa. Dan yang lebih penting bila organisasi jurnalis telah terbentuk dimasing-masing sekolah maka akan semakin mudah saat akan menghadiri acara yang berkaitan dengan jurnalis. Artinya sekolah memiliki tim khusus yang bergerak dibidang jurnalistik, tidak dicampurbaurkan dengan yang lain sehingga siswa fokus dalam menjalaninya.

Kedua Penggerak dan Pengikat Sejarah
Sejarah sangatlah penting baik bagi organisasi, instansi atau perusahaan. Karena kita bisa belajar dan mengevaluasi dari segala kesalahan dan kekurangan guna menjadikannya lebih baik. Begitu pula seorang jurnalis merupakan penggerak sejarah dengan hasil catatan atau laporan kejadian-kejadian sehari-hari yang tak pernah terlewatkan. Setiap yang dilkakan junalis pelajar, entah itu meliput, memotret, menulis berita, opini, feature dan kegiatan lainnya secara teratur dan sistematis serta berkesinambungan, maka inilah hasilnya akan membuat karya pengikat sejarah dan dokumentasi yang sangat berharga. Karena jurnalis cilik selalu mencatat atau meliput setiap kegiatan yang sifatnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dengan menerapkan kode etik dan prinsip-prinsip jurnalis, sehingga dokumen tersebut dapat dijadikan referensi atau informasi sebagai bukti perjalanan maju dan mundurnya sekolah hingga menjadi pengikat sejarah sekolah.

Ketiga Belajar Mental
Mental adalah sebuah keberanian dalam menghadapi masalah atau percaya diri ketika menghadapi situasi apapun baik ringan maupun berat. Tidak malu, tidak takut atau tidak arogan. Mental seorang jurnalis harus dilatih semuda mungkin salah satunya saat menjadi pelajar atau siswa. Agar kelak saat terjun ke dunia jurnalistik telah siap dan tak akan mundur sebelum berhasil. Ini salah satu karakter yang harus dibangun oleh seorang jurnalis yakni memiliki mental yang kuat untuk menghadapi tantangan kedepan.

Keempat Cikal Bakal (Regenerasi)
Wartawan cilik merupakan generasi emas yang akan meneruskan dan mengganti jurnalis senior atau jurnalis terdahulu yang kelak suatu saat akan tiada, namun ketiadaan para pejuang bangsa tersebut akan ada generasi generasinya bila jurnalis pelajar telah semakin gemar dan tumbuh subur menggeluti dan mempelajari serta mengaplikasikan jurnalistik disekolahnya masing-masing.
Penulis sangat berterimakasih dan mengapresiasi para jurnalis atau yang menguasai ilmu jurnalitik yang sedang dan bersedia untuk berbagi wawasan sehingga menumbuhkan dan mentrasfer minat hingga menjadi generasi jurnalis yang professional.

Kelima Menciptaskan Ruang Komunikasi
Komunikasi akan terjalin karena jurnalis cilik selalu mencari dan mengumpulkan infomrasi secara berkala untuk khalayak (public). Selain itu komunikasi secara timbal balik serta interaktif akan terjalin. Komunikasi akan lebih mudah dan sederhana siapapun dapat menuangkan gagasan, ktitikan, saran, bahkan berbagi wawasan yang dikuasai dengan cara menulis di media mading atau majalah sekolah yang dikelola oleh tim redaksi jurnalis cilik tersebut.

Keenam Berpikir Kritis (Controlling)
Jurnalis harus berpikir kritis, lebih jelasnya sebagai bahan kontrol demi menjungjung idealisme atau sesuatu yang mulia, luhur, sesuatu yang benar sesuai norma dan humuk yang berlaku terhadap, siapapun, kapanpun dan dimanapun. Berpikir kritis sangat diperlukan yang sifatnya untuk membangun. Misalnya jurnalis pelajar mengamati kegiatan belajar mengajar,  tentang manajemen sekolah, hingga kenakalan remaja atau siswa. Dari hal-hal tersebut  jurnalis pelajar berperan aktif untuk memberikan masukan, solusi, gagasan atau haya bersifat mengingatkan dan menginformasikan guna kemajuan sekolah tersebut.
Kesimpulan:
Jurnalistik pada pelajar sangat perlu dimaju kembangkan agar menjadi generasi selanjutnya dan semoga peran jurnalis menjadi bahan pertimbangan bagi unsur sekolah agar memotivasi, mendukung sepenuhnya adanya kegiatan jurnalistik. Misalnya membentuk organiasi, tim atau pengurus jurnalistik, memberi fasilitas dan yang paling penting memberikan pembelajaran atau keilmuan tentang dunia jurnalistik.
Akhirnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan selamat dan sukses atas terselenggaranya kegiatan pelatihan jurnalistik dan mading untuk pelajar SMA/SMK se-kabupaten serang yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Banten dan pemerintah kabupaten Serang, tanggal 23-24 November 2014 di Hotel Puri Retno Anyer Cinangka. Semoga acara tesebut dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi baru bagi jurnalis pelajar. Amin.
Sebuah pandangan pribadi.
Bagaimana menurut anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar